Jun 30, 2025

MicroStrategy Kembali Borong Bitcoin, BTC Makin Dianggap Aset Aman di Tengah Gejolak Global

Default Featured Image

Michael Saylor, salah satu pendiri MicroStrategy, mengisyaratkan bahwa perusahaannya berencana untuk kembali membeli Bitcoin (BTC) setelah hampir dua minggu tidak melakukan pembelian.

Pembelian terakhir yang dilakukan pada 31 Maret lalu menambah 22.048 BTC ke dalam portofolio perusahaan, sehingga total kepemilikan MicroStrategy saat ini mencapai 528.185 BTC.

Menurut data dari SaylorTracker, investasi BTC perusahaan saat ini telah mengalami kenaikan sekitar 24 persen, dengan keuntungan belum terealisasi lebih dari 8,6 miliar dolar AS.

MicroStrategy tetap melanjutkan akumulasi BTC meskipun pasar sedang mengalami penurunan. Harga Bitcoin sempat turun di bawah level 80.000 dolar, namun perusahaan ini masih menjadi salah satu tolok ukur utama untuk mengukur minat institusi terhadap Bitcoin.

!Ether (ETH), menunjukkan bahwa nilai altcoin telah merosot lebih dari 33 persen sejak puncak pasar pada Desember 2024.

Sebagai perbandingan, BTC hanya turun sekitar 22 persen dari harga tertingginya di atas 109.000 dolar pada Januari 2025 dan saat ini diperdagangkan di kisaran harga 84.000 dolar.

Stabilitas Bitcoin di Tengah Gejolak Pasar Global

Bitcoin menunjukkan stabilitas harga yang relatif kuat di tengah aksi jual besar-besaran senilai 5 triliun dolar di pasar saham. Hal ini memperkuat pandangan bahwa Bitcoin lebih cocok sebagai aset penyimpan nilai dibandingkan aset berisiko.

Beberapa analis menilai, meskipun harga BTC fluktuatif, daya tahannya terhadap tekanan ekonomi global menjadi pembeda yang signifikan dibanding aset kripto lainnya. Investor mulai melirik BTC bukan hanya sebagai alat spekulasi, tetapi sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi jangka panjang.

Bitcoin Diprediksi Saingi Emas dalam Satu Dekade ke Depan

Dalam wawancara dengan Cointelegraph di Paris Blockchain Week 2025, Cypherpunk sekaligus CEO perusahaan infrastruktur aset digital Blockstream, Adam Back, menyatakan bahwa tekanan ekonomi dari perang dagang yang berkepanjangan akan menjadikan Bitcoin semakin menarik sebagai penyimpan nilai.

Ia juga memprediksi inflasi bisa melonjak hingga 10 sampai 15 persen dalam dekade mendatang, yang akan membuat return investasi riil dari aset tradisional seperti saham dan properti menjadi sangat rendah.

“Ada kemungkinan besar Bitcoin akan bersaing dengan emas dan bahkan mulai mengambil alih beberapa peran yang biasa dimainkan emas,” kata Back kepada Gareth Jenkinson, managing editor Cointelegraph.

MicroStrategy Kembali Borong Bitcoin, BTC Makin Dianggap Aset Aman di Tengah Gejolak Global
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan