Jun 29, 2025

MicroStrategy Borong Bitcoin dengan Kepemilikan Capai 450.000 BTC

Default Featured Image

MicroStrategy, perusahaan publik yang dikenal sebagai pemegang Bitcoin terbesar di dunia, kembali mencuri perhatian. Pada 13 Januari, pendiri sekaligus chairman perusahaan, Michael Saylor, mengumumkan bahwa MicroStrategy telah membeli tambahan Bitcoin senilai $243 juta. Pembelian ini dilakukan saat harga Bitcoin berada dalam fase koreksi di bawah level psikologis $100,000.

Dengan tambahan ini, total kepemilikan Bitcoin MicroStrategy kini melampaui 450.000 BTC, yang diperoleh dengan total investasi sebesar $28,2 miliar. Harga rata-rata pembelian mereka berada di kisaran $62,691 per BTC.

!Bitcoin

Data menunjukkan cadangan Bitcoin di bursa telah mencapai level terendah dalam tujuh tahun terakhir. Fenomena ini dapat mengindikasikan potensi “supply shock,” yaitu kondisi di mana permintaan yang kuat bertemu dengan penawaran yang menurun, sehingga memicu kenaikan harga Bitcoin.

Namun, meskipun ada peluang bullish, pasar Bitcoin tetap rentan terhadap dinamika makroekonomi. Setelah mencapai rekor tertinggi di $100,000 pada Desember 2024, pasar telah memperhitungkan optimisme terkait kebijakan administrasi Trump yang pro-kripto.

### Makroekonomi: Tantangan bagi Bitcoin di 2025

Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan menunjukkan reaksi terhadap data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan. Laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) pada 9 Januari memperkuat narasi ketahanan ekonomi AS, membuat pasar mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve.

Analis dari Bybit Research mencatat bahwa data ekonomi yang solid memperlambat ekspektasi penurunan suku bunga, menjadikan Bitcoin kurang menarik sebagai aset investasi. Ryan Lee, Kepala Analis di Bitget Research, menyebut perkembangan ini sebagai pendorong utama penurunan harga Bitcoin di bawah $92,000.

“Data ekonomi yang kuat meningkatkan prospek kenaikan suku bunga, sehingga melemahkan daya tarik kripto sebagai aset,” jelas Lee.

Sementara itu, data CME Group FedWatch menunjukkan bahwa pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada 30 Juli 2025, lebih lambat dari ekspektasi sebelumnya.

!



Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan