Jun 30, 2025

Michael Saylor Isyaratkan Pembelian Bitcoin Baru Usai Himpun Dana $711 Juta

Default Featured Image

Michael Saylor, co-founder perusahaan intelijen bisnis Strategy (dulunya MicroStrategy), kembali menggegerkan dunia kripto. Setelah menggalang dana sebesar $711 juta lewat penerbitan saham preferen, Saylor memberi sinyal kuat bahwa akumulasi Bitcoin belum selesai.

Bahkan, dengan nada jenaka namun tajam, ia menggoda publik lewat postingan di X (sebelumnya Twitter) dengan satu kalimat sederhana: “needs more orange.”

Bagi komunitas Bitcoin, warna oranye bukan sekadar warna. Ia adalah lambang ideologi. Dan ketika Saylor bilang “perlu lebih banyak oranye”, publik langsung membaca: lebih banyak BTC akan masuk ke kas Strategy.

Pembelian Kecil yang Menyimpan Rencana Besar?

Pada 17 Maret lalu, Strategy membeli 130 BTC senilai sekitar $10,7 juta. Meski jumlah ini tergolong kecil dibandingkan pembelian sebelumnya, itu adalah sinyal bahwa mesin pembelian belum mati hanya menunggu bahan bakar baru.

Dan bahan bakar itu baru saja disiapkan: penawaran saham preferen seharga $85 per lembar, dengan kupon 10%, yang menghasilkan $711 juta kas segar.

Bila sejarah berulang, maka dana ini akan segera dialihkan untuk membeli Bitcoin dalam jumlah besar. Saat ini, Strategy telah mengakumulasi 499.226 BTC, mendekati setengah juta unit.

Dengan harga BTC per hari ini, nilai tersebut mendekati $42 miliar dan keuntungan belum direalisasi mereka mencapai $9,3 miliar, atau naik lebih dari 28% sejak awal akumulasi.

Saylor ke Pemerintah AS Beli 25% dari Seluruh Bitcoin!

Namun bukan hanya akumulasi pribadi yang jadi perhatian. Saylor kini memainkan peran sebagai evangelis Bitcoin untuk institusi bahkan pemerintah. Dalam pidatonya di Blockworks Digital Asset Summit, ia menyatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat sebaiknya membeli 25% dari total suplai Bitcoin sebelum tahun 2035, ketika 99% BTC sudah ditambang.

Usulnya terang-terangan: Bitcoin bukan hanya aset investasi. Ia adalah komoditas strategis. Dalam dokumen yang ia beri judul “A Digital Assets Strategy to Dominate the 21st Century Global Economy”, Saylor menyerukan regulasi menyeluruh yang berpihak pada dominasi digital Amerika lewat Bitcoin dan teknologi blockchain.

“Hanya ada satu komoditas dalam sejarah umat manusia yang bukan investasi sampah dan itu adalah Bitcoin,” katanya, sambil menyinggung kinerja emas yang terus tertinggal dari indeks S&P 500.

Mengapa Ini Penting?

Langkah Saylor bukan hanya soal akumulasi. Ini soal positioning baik untuk Strategy sebagai perusahaan publik, maupun untuk Bitcoin sebagai digital commodity dengan sifat kelangkaan ekstrem.

Saat negara-negara seperti El Salvador menjadikan BTC sebagai legal tender, Saylor mendorong level yang lebih tinggi: menjadikan Bitcoin sebagai aset strategis nasional.

Dan mari kita hadapi realita: Bitcoin makin sulit didapat. Seiring dengan efek pasokan dari ETF spot yang mulai menyedot BTC dari pasar terbuka, ditambah dengan halving April 2024 yang sudah memangkas reward penambang, persaingan memperebutkan unit BTC makin sengit.

Jika Strategy kembali belanja besar-besaran, ini bisa menjadi pendorong besar bagi harga.

Antara Strategi Gila dan Langkah Visioner

Dengan hampir setengah juta BTC di tangan, Saylor tak sekadar membeli koin ia membeli narasi, dominasi, dan legitimasi. Ia ingin menempatkan Strategy bukan hanya sebagai perusahaan biasa, tapi sebagai Bitcoin Treasury of Last Resort semacam Federal Reserve-nya kripto.

Apakah langkah ini akan berhasil? Pasar belum memutuskan. Tapi satu hal jelas: setiap kali Saylor mengumpulkan modal, komunitas kripto langsung menahan napas. Karena di balik sinyal-sinyal halus seperti “needs more orange”, bisa tersembunyi langkah besar yang bisa menggerakkan seluruh ekosistem.

Michael Saylor Isyaratkan Pembelian Bitcoin Baru Usai Himpun Dana $711 Juta
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan