Meta Platforms Inc. (NASDAQ: META), perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali mencatatkan rekor harga saham tertinggi sepanjang sejarah. Namun di balik angka-angka fantastis dalam laporan keuangan terbarunya, muncul pertanyaan penting: Apakah lonjakan ini berkelanjutan, atau justru menjadi puncak sebelum penurunan besar?
Kinerja Keuangan: Lebih dari Sekadar “Menang Estimasi”
Pada kuartal kedua 2025, Meta melaporkan pendapatan sebesar $47,5 miliar, melampaui ekspektasi pasar yang hanya $44,8 miliar. Laba per saham (EPS) mencapai $7,14, jauh di atas prediksi analis sebesar $5,92.
Namun yang benar-benar menyita perhatian investor adalah sumber pertumbuhan pendapatan tersebut. Selama dua tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan iklan di luar Amerika Utara jauh melampaui pasar domestik:
- Eropa: +56%
- Asia-Pasifik: +42%
- Wilayah “Rest of the World” (ROW): +64%
- AS & Kanada: hanya +42%
Artinya, strategi ekspansi global Meta terbukti efektif, terutama di negara-negara berkembang yang menjadi ladang subur bagi pertumbuhan pengguna internet dan konsumsi konten digital.
Efisiensi Operasional: AI Jadi Kunci Produktivitas
Meta juga menunjukkan transformasi operasional yang impresif. Rasio biaya terhadap pendapatan terus turun, dan margin operasional naik menjadi 43%, dari 38% tahun lalu. Ini bukan sekadar penghematan, tapi hasil langsung dari penerapan kecerdasan buatan (AI) untuk menyempurnakan alur kerja dan pengelolaan iklan.
CEO Mark Zuckerberg sebelumnya menyatakan bahwa Meta telah mengintegrasikan AI untuk penargetan iklan otomatis, deteksi konten bermasalah, hingga pengembangan metaverse.
Ini membuat operasi perusahaan lebih ramping sekaligus memperbesar potensi profitabilitas jangka panjang.
Pengguna Harian Tumbuh, Tapi Ada Tanda Tanya
Setelah sempat diterpa kekhawatiran penurunan pengguna pada 2022, kini Meta mencatat sekitar 3,5 miliar pengguna aktif harian di semua platformnya. Ini angka yang luar biasa hampir setengah populasi dunia.
Namun semakin besar basis pengguna, semakin sulit pula menambah angka baru. Pertumbuhan kini lebih banyak datang dari wilayah dengan penetrasi internet rendah, seperti Asia Selatan dan Afrika.
Pertanyaannya: apakah pertumbuhan ini berkelanjutan atau mulai memasuki fase jenuh?
Risiko Serius di Balik Optimisme Pasar
Walau prospek terlihat cerah, investor tak bisa menutup mata terhadap dua ancaman besar yang menghantui Meta:
- Potensi Pembubaran Usaha oleh Regulator AS:
Meta menghadapi gugatan antitrust yang berpotensi memaksanya untuk melepas dua aset paling strategis: Instagram dan WhatsApp. Jika gugatan ini menang, bukan hanya struktur bisnis Meta yang berubah, tapi juga model bisnis periklanannya bisa terguncang. - Platform Jadi Sarang Penipuan dan Iklan Ilegal:
Menurut investigasi The Wall Street Journal, hingga 70% pengiklan baru di Meta pada 2022 terlibat dalam promosi penipuan atau barang ilegal. Jika ini benar, maka data pertumbuhan pengguna dan pendapatan bisa terdistorsi.
Selain itu, risiko reputasi yang ditanggung sangat besar terutama di mata regulator dan pasar modal.
Apakah Saham META Masih Layak Dibeli?
Saat ini, saham META diperdagangkan dengan forward P/E ratio sebesar 28, angka yang terbilang wajar mengingat pertumbuhan pendapatan dan laba yang agresif. Namun, kenaikan 32% sejak awal tahun bisa membuat valuasi ini tampak menipu, terutama jika antitrust action berhasil atau reputasi perusahaan runtuh akibat skandal iklan palsu.
Beberapa analis menyarankan pendekatan hati-hati. Seperti yang dikatakan oleh tim Stock Advisor dari The Motley Fool, Meta bahkan tidak masuk daftar 10 saham terbaik untuk dibeli saat ini sebuah sinyal yang patut dipertimbangkan.
Saham Unggul dengan Fondasi Goyah?
Meta saat ini ibarat mobil balap tercepat di sirkuit bursa. Tapi remnya berpotensi blong, dan lintasannya penuh tikungan tajam. Kinerja keuangan mereka tak diragukan efisien, agresif, dan tumbuh global.
Tapi ancaman regulasi dan masalah etika di platform tetap menjadi titik lemah yang bisa menjungkirbalikkan narasi “tak terkalahkan.”
Investor harus bertanya: Apakah saya membeli pertumbuhan riil, atau sekadar fatamorgana yang tercermin di grafik?