Jul 7, 2025

Mengapa Harga Bitcoin Tidak Bisa Menembus Level Tertinggi Sepanjang Masa $112 Ribu?

Harga Bitcoin Tertahan di Bawah $112.000, Apa Penyebabnya?

Sejak mencetak harga tertinggi tiga mingguan di angka $110.300 pada Rabu lalu, pergerakan harga Bitcoin (BTC) dalam grafik per jam menunjukkan tren penurunan dengan pola titik tertinggi dan terendah yang semakin rendah. Hingga akhir pekan, BTC belum mampu menembus level tertinggi sepanjang masa di $112.000.

Selama dua hari terakhir, Bitcoin mengalami kenaikan sekitar 5% dan sempat menyentuh level tertinggi harian di $110.392 pada Kamis. Namun, tekanan beli masih belum cukup kuat untuk mendorong harga melewati ambang $112.000 karena kurangnya minat beli di pasar spot.

Data dari indikator “spot volume delta” menunjukkan bahwa volume beli bersih di bursa masih negatif, meskipun harga berusaha menanjak. Ini menandakan kurangnya dorongan nyata dari investor, sehingga membuka peluang terjadinya koreksi atau konsolidasi jika lonjakan harga hanya ditopang oleh aktivitas di pasar derivatif.

Swissblock Technologies menyatakan bahwa meskipun harga Bitcoin menunjukkan potensi breakout, hal itu tidak cukup berarti tanpa dukungan pembeli dari pasar spot. “Tanpa permintaan nyata, lonjakan harga hanya akan bertahan sebentar. Kita butuh pembeli agar harga bisa terus naik,” ungkap mereka.

Sementara itu, K33 Research mengingatkan bahwa secara historis, volume perdagangan spot cenderung menurun antara bulan Juni hingga Oktober, dan Juli menjadi salah satu bulan paling sepi—hanya menyumbang sekitar 6,1% dari volume tahunan. Faktor musiman ini berpotensi menghambat laju kenaikan harga Bitcoin ke rekor baru dalam waktu dekat.

Meski Juli 2025 berpotensi membawa sejumlah pemicu, seperti RUU anggaran Trump, keputusan tarif, hingga tenggat perintah eksekutif terkait kripto, kondisi pasar yang cenderung tenang membuat lonjakan signifikan tampak sulit terwujud dalam jangka pendek.

Di sisi lain, kenaikan harga BTC ke angka $110.000 telah memicu euforia di kalangan investor ritel. Menurut data dari Santiment, minat pasar telah berubah dari rasa takut (FUD) menjadi semangat berlebihan (FOMO). Namun, ketika sentimen pasar berada di zona “keserakahan” dengan nilai indeks 73, hal ini kerap menjadi sinyal bahwa pasar akan mengalami koreksi atau jeda sementara.

Secara historis, ketika investor ritel terlalu optimis, pasar sering kali mengalami pembalikan arah atau melambat karena pelaku besar mengambil keuntungan. Jika sentimen keserakahan ini diiringi oleh volume perdagangan tinggi dan aktivitas spekulatif, harga bisa mengalami lonjakan semu yang diikuti koreksi.

Selain itu, indikator RSI (Relative Strength Index) menunjukkan kondisi hampir jenuh beli di sebagian besar kerangka waktu analisis, menandakan bahwa harga Bitcoin mungkin akan segera mengalami koreksi jangka pendek.

Dengan kondisi saat ini, meskipun Bitcoin berupaya menembus angka $110.000, euforia pasar berpotensi menyebabkan jeda atau konsolidasi sebelum tren naik berlanjut.

 

Mengapa Harga Bitcoin Tidak Bisa Menembus Level Tertinggi Sepanjang Masa $112 Ribu?
by Albert Agung

0 comments


Artikel lainnya