Jun 30, 2025

Kripto Unicoin Diseret ke Pengadilan Penjualan $3 Miliar Ternyata Hanya $110 Juta?

Default Featured Image

Kepercayaan investor kembali diuji ketika U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) secara resmi menggugat platform investasi kripto Unicoin dan tiga eksekutif utamanya atas dugaan penipuan senilai lebih dari $100 juta. Dengan narasi aset dunia nyata dan janji masa depan cerah, Unicoin ternyata diduga menjual ilusi kepada lebih dari 5.000 investor.

Pada Senin (20 Mei), SEC mengumumkan gugatan terhadap CEO Unicoin, Alex Konanykhin, anggota dewan Silvina Moschini, dan mantan kepala investasi Alex Dominguez. Ketiganya dituduh menyebarkan pernyataan palsu dan menyesatkan terkait token Unicoin dan sertifikat hak yang diklaim memberikan akses ke aset dan saham perusahaan.

Lebih dari $100 juta berhasil dihimpun dari investor sejak 2022. Namun menurut SEC, janji bahwa token akan didukung oleh portofolio properti global ternyata hanya “tipu muslihat.”

Janji Aset Dunia Nyata yang Ternyata Hampa

Mark Cave, direktur asosiasi di Divisi Penegakan SEC, menyebut Unicoin “mengeksploitasi ribuan investor dengan janji fiktif bahwa token mereka akan didukung oleh aset properti nyata bernilai tinggi.”

Dalam kenyataannya, nilai aset real estate yang diklaim sangat besar itu ternyata “hanya sebagian kecil” dari apa yang dijanjikan. Bahkan sebagian besar dari “sertifikat hak” yang dijual perusahaan dianggap “ilusi” semata tanpa landasan hukum atau nilai nyata yang menjanjikan kompensasi.

Ini bukan sekadar soal penyesatan informasi. SEC juga mengklaim bahwa Unicoin memanipulasi laporan keuangan dan kapasitas likuiditasnya. Perusahaan dikatakan memiliki “landasan finansial selama beberapa dekade,” padahal kenyataannya hanya bertahan kurang dari setahun, bahkan pernah tinggal empat bulan operasional.

Deklarasi Penjualan Fiktif dan Klaim Palsu Registrasi SEC

Lebih mengejutkan lagi, Unicoin mengklaim telah menjual lebih dari $3 miliar dalam bentuk sertifikat hak. Kenyataannya? Menurut penyelidikan SEC, jumlah yang benar hanya sekitar $110 juta selisih lebih dari 2.600%.

Tak cukup di situ, SEC juga menyebut bahwa token dan sertifikat tersebut dipasarkan seolah-olah telah terdaftar di SEC, padahal sebenarnya tidak pernah melalui proses pendaftaran yang sah.

Ini menjadi poin kunci dalam gugatan pelanggaran undang-undang sekuritas federal yang diajukan di pengadilan federal Manhattan.

Hukum Menyentuh Eksekutif Puncak

Selain tiga nama utama, penasihat hukum umum Unicoin, Richard Devlin, juga turut dituduh melanggar hukum sekuritas. Devlin telah setuju untuk membayar denda sipil sebesar $37.500 tanpa mengakui atau menyangkal tuduhan.

Sementara itu, pihak Unicoin, termasuk Konanykhin dan Moschini, belum memberikan tanggapan resmi atas tuduhan tersebut. Dominguez, menurut laporan, juga belum berhasil dihubungi.

Konflik Panas dengan Regulator: Tolak Negosiasi

Sinyal konflik ini sebenarnya sudah muncul sejak Desember 2024 ketika Unicoin menerima surat peringatan hukum atau Wells Notice dari SEC langkah awal sebelum tindakan penegakan hukum.

Pada April 2025, SEC mengundang Unicoin untuk hadir dalam negosiasi penyelesaian, namun Konanykhin menolak dengan alasan permintaan SEC “tidak dapat diterima.”

Dalam wawancara dengan mantan reporter FOX Business, Eleanor Terrett, Konanykhin menyatakan bahwa perusahaannya “akan bertarung di pengadilan.”

Unicoin dan Janji Ekonomi Web3 Antara Visi dan Manipulasi

Unicoin sempat dikenal luas sebagai pemain baru dengan pendekatan yang tampak meyakinkan: menggabungkan dunia kripto dengan aset fisik seperti properti dan saham. Visi ini, bagi sebagian investor, adalah jawaban atas volatilitas tinggi dalam dunia Web3.

Namun realitas hukum kini menunjukkan celah besar di balik narasi tersebut.

Pasar kripto global, yang masih dalam tahap awal regulasi di banyak negara, kini menghadapi tekanan tambahan. Setelah kasus-kasus besar seperti FTX dan Celsius, kejatuhan Unicoin jika terbukti bersalah bisa menambah daftar panjang kehancuran platform yang gagal memegang etika dan hukum.

Titik Balik atau Awal Gelombang Baru Gugatan Kripto?

Gugatan terhadap Unicoin menegaskan satu hal: SEC semakin agresif terhadap platform yang menyalahgunakan kepercayaan investor dengan narasi palsu tentang “aset nyata” dan legitimasi hukum.

Dalam dunia kripto yang sarat inovasi, batas antara mimpi dan penipuan kini semakin diawasi ketat.

Apakah Unicoin hanya satu dari banyak yang akan tumbang dalam gelombang regulasi berikutnya? Ataukah ini akan menjadi preseden hukum penting bagi transparansi dan akuntabilitas di era Web3?

Yang pasti, investor kini dituntut untuk lebih kritis, dan regulator tampaknya tidak akan lagi memberi toleransi atas janji tanpa bukti.

Kripto Unicoin Diseret ke Pengadilan Penjualan $3 Miliar Ternyata Hanya $110 Juta?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan