Jun 29, 2025

Kemitraan dengan Nvidia Dorong Saham MediaTek Menuju Rekor Tertinggi

Default Featured Image

Peningkatan kolaborasi dengan Nvidia Corp. telah mendorong optimisme investor atas potensi pertumbuhan AI untuk MediaTek Inc. ke tingkat yang baru, menempatkan sahamnya di jalur rekor tertinggi pertama dalam tujuh bulan terakhir.

Sahamnya naik mendekati puncaknya di bulan Juni minggu ini setelah perancang chip asal Taiwan ini mengumumkan kerja sama dengan Nvidia, dalam pembuatan chip komputer pribadi AI. 

Selain kemitraan kedua Perusahaan dalam bidang teknologi otomotif, berita ini juga mendorong ekspektasi kenaikan lebih lanjut pada sahamnya setelah naik lebih dari dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.

Dikenal karena peran kuncinya dalam rantai pasokan handset (telepon genggam), MediaTek sekarang juga “berada di posisi yang sangat baik untuk evolusi teknologi AI,” kata Robert Mumford, seorang Manajer Investasi di Gam Hong Kong Limited. 

Proyek-proyek dengan Nvidia dan ekspektasi untuk proyek-proyek selanjutnya menunjukkan bahwa “MediaTek memiliki peluang besar di seluruh rangkaian bisnis yang beragam,” tambahnya.

MediaTek juga diuntungkan dengan membaiknya prospek chip smartphone, yang masih menyumbang lebih dari separuh pendapatannya. Hal ini membantu mendorong estimasi konsensus untuk penjualan kuartal Desember MediaTek naik sekitar 5% selama beberapa bulan terakhir, demikian data yang dikumpulkan Bloomberg.

Meskipun chip PC baru ini diperkirakan tidak akan memberikan banyak kontribusi dalam hal penjualan jangka pendek mengingat kelompok konsumennya yang khusus, namun secara keseluruhan harapan untuk bisnis terkait AI Perusahaan ini cukup tinggi. 

Mumford mengatakan bahwa sebagian besar kegembiraan ini terkait dengan potensi application specific integrated circuits (ASIC) untuk pusat data.

Keahlian MediaTek dalam prosesor berdaya rendah, Wi-Fi dan multimedia “melengkapi kemampuan Nvidia dengan baik,” tulis Analis BofA Securities, termasuk Brad Lin, menulis dalam sebuah catatan. 

> “Hal ini menyiapkan panggung untuk kenaikan jangka panjang karena MediaTek berekspansi ke market yang lebih luas bersama dengan Nvidia.”

Bears telah mundur dari saham ini, dengan tidak ada peringkat jual sejak bulan Mei. Para Analis telah bergegas untuk mengikuti rally, mendorong target harga rata-rata naik 47% dalam setahun terakhir.

Mencerminkan sentimen positif yang berkembang, saham saat ini di trading pada 20 kali estimasi laba ke depan, di atas rata-rata lima tahun sebesar 16 kali. Itu lebih mahal daripada 19 kali untuk pabrik pengecoran utama Taiwan Semiconductor Manufacturing Co., tetapi tidak sebanding dengan kelipatan 30 kali untuk perusahaan-perusahaan seperti Nvidia dan Broadcom Inc.

Dibandingkan dengan raksasa AS, “MediaTek masih dalam mode penemuan untuk sebagian besar arus momentum AI,” kata Xiadong Bao, seorang Fund Manager di Edmond de Rothschild Asset Management. 

Sementara itu, Perusahaan Taiwan tersebut tampaknya memenangkan perlombaan AI dengan saingannya, Qualcomm Inc.

Bao mengatakan MediaTek seharusnya mendapatkan lebih banyak manfaat dari stimulus pemerintah Tiongkok, berkat posisi pasar massal yang lebih besar daripada Qualcomm. Langkah-langkah Beijing termasuk subsidi terbatas untuk pembelian handset dan perangkat pintar lainnya.

Dimensity 8400 Perusahaan untuk handset kelas atas dan chip lain yang akan dirilis dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi katalis utama yang perlu diperhatikan, menurut Analis Morningstar Inc, Phelix Lee. 

Berita mengenai kerja sama kecerdasan buatan lebih lanjut dengan Nvidia juga dapat mendorong saham lebih tinggi.

“Kolaborasi berikutnya dapat berupa chip PC AI Windows on Arm pada pameran dagang Computex Taipei tahun ini di bulan Mei, tulis Analis Morgan Stanley, termasuk Charlie Chan, menulis dalam sebuah catatan. 

> “Mengingat potensi volume yang lebih besar untuk AI PC, kami yakin ini akan menjadi katalis positif lainnya untuk saham.”

Kemitraan dengan Nvidia Dorong Saham MediaTek Menuju Rekor Tertinggi
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan