Jun 30, 2025

Kartu Stablecoin Mastercard Resmi Diluncurkan, Targetkan Transaksi Global

Default Featured Image

Raksasa pembayaran global, Mastercard, kembali memperluas ekspansinya di sektor kripto. 

Kali ini, perusahaan mengumumkan kerja sama strategis dengan MoonPay untuk meluncurkan kartu pembayaran berbasis stablecoin, memungkinkan transaksi lintas negara secara instan dan stabil.

Kemitraan ini akan memanfaatkan infrastruktur dari Iron, perusahaan pembayaran stablecoin yang diakuisisi MoonPay pada Maret lalu. 

Melalui integrasi tersebut, pengguna ritel dan bisnis dapat melakukan dan menerima pembayaran dalam stablecoin yang langsung dikonversi otomatis ke mata uang fiat.

Stabilitas Harga, Skala Global

Stablecoin, yang nilainya dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS, semakin diminati di tengah volatilitas crypto markets. Namun, kendala regulasi masih menjadi tantangan. 

Otoritas AS baru-baru ini menyatakan bahwa beberapa stablecoin tidak tergolong sebagai sekuritas, tetapi belum memberikan kejelasan hukum penuh atas varian yang menawarkan imbal hasil atau berbasis algoritma.

Meski regulasi belum final, Mastercard tampak yakin. Perusahaan ini terus meluncurkan proyek berbasis stablecoin, memosisikan teknologi ini sebagai solusi utama untuk remitansi global, pembayaran kreator, dan perdagangan lintas negara.

Mastercard vs Visa: Persaingan Stabilitas Digital

Peluncuran kartu stablecoin ini memperpanjang daftar kolaborasi Mastercard di sektor aset digital. 

Pada April lalu, Mastercard bekerja sama dengan OKX dan Nuvei dalam peluncuran kartu kripto. Dalam proyek tersebut, OKX bertugas menyediakan kartu, sementara Nuvei—bermitra dengan Circle, penerbit stablecoin USDC—membangun infrastruktur merchant.

Langkah ini juga menjadi respons langsung terhadap gerakan Visa, yang pada 1 Mei mengumumkan program uji coba kartu stablecoin di enam negara Amerika Latin, termasuk Argentina, Meksiko, dan Kolombia. Visa menargetkan ekspansi ke Eropa, Asia, dan Afrika dalam beberapa bulan mendatang.

Jalan Menuju Adopsi Massal?

Terlepas dari ketidakpastian regulasi, kartu stablecoin diyakini menjadi jembatan penting antara ekosistem kripto dan keuangan tradisional. 

Dengan Mastercard dan Visa sama-sama mempercepat adopsi, pengguna di berbagai belahan dunia kini makin dekat dengan sistem pembayaran digital yang cepat, stabil, dan terintegrasi secara global.

Mastercard belum mengungkap negara atau wilayah peluncuran awal kartu stablecoin ini, namun Analis memperkirakan Asia Tenggara dan Amerika Latin akan menjadi target awal, mengingat tingginya kebutuhan remitansi dan penetrasi fintech yang cepat di kawasan tersebut.

Kartu Stablecoin Mastercard Resmi Diluncurkan, Targetkan Transaksi Global
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan