Jun 30, 2025

Justin Sun: Situasi First Digital Trust (FDT) Jauh Lebih Buruk Dibanding Kasus FTX

Default Featured Image

Perbandingan FTX

Founder blockchain Tron, Justin Sun, telah membandingkan situasi First Digital Trust (FDT), setelah dilaporkan melakukan transfer “tidak sah” sebesar $456 juta dari dana kustodian TUSD, dengan situasi FTX beberapa minggu sebelum runtuhnya. 

Meskipun ia menggambarkan kedua situasi tersebut sebagai “sangat serius” dan “kasus penipuan yang mengerikan,” Sun menegaskan bahwa kasus FDT “jauh lebih buruk.”

Pernyataan terbaru Sun tentang kontroversi yang berkembang membuat stablecoin FDUSD sempat mengalami penurunan harga, muncul hanya beberapa hari sebelum dia meluncurkan hadiah $50 juta untuk membantu memulihkan cadangan TUSD yang diduga dicuri. 

Seperti yang dilaporkan oleh Bitcoin.com News, tuduhan Sun telah menarik perhatian Anggota Parlemen Hong Kong yang menjanjikan tindakan penegakan hukum jika klaim tersebut terbukti benar.

Sementara itu, FDT dengan keras membantah tuduhan Sun, termasuk klaim bahwa mereka bangkrut. 

Dalam pernyataan terakhirnya, FDT menggambarkan klaim tersebut sebagai upaya jahat untuk merusak reputasi dan posisi market-nya, serta stablecoin FDUSD. FDT bersumpah untuk mengambil tindakan hukum. 

Pada saat berita ini ditulis dan sejak 2 April, nilai market FDUSD tetap berada di atas kisaran $0,99.

Namun, dalam unggahannya pada 5 April di X, yang mencatat kesamaan antara situasi FDT dan FTX, Sun mengklaim bahwa pendiri FTX, Sam Bankman-Fried (SBF), telah mengemas dana yang disalahgunakan sebagai pinjaman yang dijaminkan. 

Untuk membuatnya tampak sah, SBF diduga menjaminkan token seperti FTT dan SRM, serta saham FTX, sebagai jaminan. Menjelaskan mengapa kasus FDT bahkan lebih buruk, kata Sun:

> “Sebaliknya, FDT hanya menggelapkan $456 juta dari dana kustodian TUSD tanpa izin atau sepengetahuan klien, dan membukukannya sebagai pinjaman kepada Perusahaan Dubai pihak ketiga yang meragukan tanpa jaminan apa pun.”

Pendiri Tron mengklaim bahwa bos FDT, Vincent Chok, mentransfer dana tersebut ke perusahaan Dubai yang ia gambarkan sebagai perusahaan palsu yang kemudian mencuci uang tersebut. 

Meskipun SBF kemudian ditangkap dan dipenjara karena tindakannya, Sun menegaskan bahwa dia, tidak seperti Chok, tidak “menggunakan dana [TUSD] untuk kesenangan pribadi.”

Menurut Sun, tindakan cepat yang diambil oleh regulator AS memastikan para pelaku dihukum, yang pada gilirannya membantu melindungi reputasi sistem keuangan negara itu. 

Ia berpendapat bahwa kontroversi FDT juga mempertaruhkan reputasi Hong Kong sebagai pusat keuangan global, oleh karena itu perlu segera diselesaikan.

Justin Sun: Situasi First Digital Trust (FDT) Jauh Lebih Buruk Dibanding Kasus FTX
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan