Jun 29, 2025

JPMorgan Cetak Rekor Laba, Dorong Optimisme Investor Terhadap Sektor Perbankan

Default Featured Image

Laba bersih JPMorgan melonjak hingga 50% menjadi lebih dari $14 miliar pada kuartal keempat, karena laba dan pendapatan bank ini dengan mudah melampaui perkiraan Wall Street dan bank-bank besar lainnya melaporkan pendapatan yang sangat baik untuk tahun ini, karena para pebisnis dan konsumen terus membelanjakan uang mereka meskipun ada kenaikan suku bunga.

Laba per saham JPMorgan naik menjadi $4.81 dari $3.04 tahun lalu. 

Hasil ini mengalahkan proyeksi laba Wall Street senilai $4.09 per saham, menurut perusahaan data FactSet. Total pendapatan yang dikelola mencapai $43.7 miliar naik 10% dari $39.9 miliar tahun lalu. 

Wall Street memperkirakan pendapatan senilai $41.9 miliar.

JPMorgan membukukan rekor laba senilai $54 miliar untuk tahun ini, atau $18.22 per saham yang disesuaikan dengan biaya satu kali.

Saham JPMorgan naik kurang dari 1% pada morning trading.

Citigroup, Wells Fargo, dan Goldman Sachs juga mengeluarkan hasil yang kuat pada hari Rabu.

Bank-bank terbesar di negara ini telah diuntungkan oleh suku bunga yang lebih tinggi selama dua tahun terakhir, ketika Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang berakar setelah pandemi COVID-19.

Laporan harga konsumen terbaru dari pemerintah yang juga diterbitkan pada hari Rabu, menunjukkan bahwa harga-harga untuk berbagai kebutuhan pokok naik, mendorong indeks harga konsumen menjadi 2.9% di bulan Desember menjadi tertinggi sejak bulan Juli. 

Namun, tren inflasi yang mendasari diawasi secara ketat oleh the Fed melambat menjadi 3.2% di bulan Desember, lebih baik daripada yang diperkirakan oleh para Analis dan merupakan pertanda baik untuk konsumen dan ekonomi yang lebih luas.

Hal itu dikombinasikan dengan pendapatan bank yang kuat untuk mendorong market dengan S&P 500 dan Dow Jones Industrials masing-masing naik sebesar 1.7%, dengan Nasdaq yang penuh dengan teknologi naik hingga 2.2%.

Sehebat apa pun tahun 2024 untuk market, saham bank bahkan lebih baik meskipun Federal Reserve memangkas suku bunga acuan tiga kali antara September dan Desember.

Ketika mengeluarkan pemangkasan terakhir pada bulan Desember, The Fed juga memangkas proyeksi penurunan suku bunga pada tahun 2025 menjadi dua dari empat kali karena inflasi masih tetap berada di atas target 2% The Fed. 

Hal ini membuat market mengalami kemerosotan kecil, tetapi tidak cukup untuk meredam kinerja spektakuler di tahun 2024. S&P naik 23% tahun lalu, Nasdaq naik lebih dari 28% dan Dow naik hampir 13%.

Untuk bank, saham Goldman Sachs mengakhiri tahun 2024 dengan 48% lebih tinggi, sementara JPMorgan menikmati kenaikan sebesar 41%, dan saham Wells Fargo naik 43%.

JPMorgan melaporkan pada hari Rabu bahwa pendapatan bunganya turun 3% menjadi $23.5 miliar berkat penurunan suku bunga.

CEO Jamie Dimon mengatakan bahwa bank ini mendapat dorongan dari bisnis perbankan investasi, dimana biaya naik 49% dan pendapatan market naik 21%. Bisnis perbankan konsumer bank ini juga berkembang pesat dengan nasabah yang membuka hampir 2 juta rekening giro.

Bank asal New York ini menyisihkan $2.6 miliar untuk menutupi kredit macet, turun sedikit dari periode yang sama tahun lalu.

Dimon mengatakan bahwa ekonomi AS tetap kuat dengan tingkat pengangguran yang rendah dan belanja konsumen yang kuat.

“Bisnis lebih optimis terhadap ekonomi, dan mereka didorong oleh harapan untuk agenda yang lebih pro-pertumbuhan dan kolaborasi yang lebih baik antara pemerintah dan bisnis,” jelasnya, menyinggung pemerintahan Trump yang akan datang yang telah berjanji untuk memangkas peraturan di seluruh industri.

Dimon mengatakan bahwa setiap regulasi harus menyeimbangkan antara mendorong pertumbuhan dan menjaga keamanan sistem perbankan.

> “Ini bukan tentang melemahkan regulasi… melainkan tentang menetapkan aturan yang transparan, adil dan holistik dalam pendekatan mereka, berdasarkan analisis data yang ketat, sehingga bank dapat memainkan peran penting mereka dalam ekonomi dan market.”

Namun, Dimon mengatakan bahwa kondisi geopolitik “tetap yang paling berbahaya dan rumit sejak Perang Dunia II”, dan bahwa JPMorgan sedang mempersiapkan diri untuk berbagai kemungkinan.

JPMorgan mengumumkan minggu ini bahwa Wakil Utama Dimon, Daniel Pinto, akan mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden dan Chief Operating Officer pada akhir Juni dan pensiun pada akhir 2026. Jennifer Piepszak, co-CEO Divisi Bank Komersial dan Investasi Bank akan mengambil alih peran COO dengan bimbingan Pinto.

Setelah Dimon mengatakan pada musim semi lalu bahwa ia akan pensiun dalam waktu lima tahun, diperkirakan bahwa Pinto yang telah bekerja di bank ini selama lebih dari 40 tahun, akan mengambil alih posisi eksekutif tertinggi bank ini.

Seorang Juru Bicara Bank mengatakan pada hari Selasa bahwa Piepszak saat ini tidak tertarik dengan peran CEO ketika Dimon keluar, yang berpotensi membuka pintu bagi Pimpinan Eksekutif Bank yang lain untuk mengisi peran tersebut ketika akhirnya dibuka.

Wells Fargo juga melampaui ekspektasi laba pada hari Rabu dengan lonjakan laba bersih hampir 50% menjadi $5.1 miliar pada kuartal keempat, atau $1.43 per saham. Pendapatan mencapai $20.4 miliar sedikit lebih rendah dari ekspektasi. 

Pada kuartal yang sama setahun yang lalu, Wells memperoleh $3.4 miliar atau 86 sen per lembar saham dengan pendapatan senilai $20.5 miliar.

Pada bulan September, Wells Fargo setuju untuk bekerja sama dengan Regulator Bank AS untuk memperkuat manajemen risiko kejahatan keuangannya, termasuk kontrol internal yang terkait dengan aktivitas mencurigakan dan pencucian uang. 

Kesepakatan ini terjadi hanya tujuh bulan setelah pemerintahan Biden mencabut perintah persetujuan terhadap bank tersebut yang telah diberlakukan sejak tahun 2016 setelah serangkaian skandal, termasuk pembukaan rekening nasabah palsu.

Wells naik 5.3% di early trading.

Citigroup naik 5.7% dan Goldman Sachs naik 5.4% setelah kedua bank tersebut mengalahkan perkiraan laba Wall Street. Goldman mengatakan bahwa bisnis perbankan dan global market-nya menghasilkan pendapatan hampir $35 miliar, didorong oleh kinerja yang kuat dari ekuitas dan perbankan investasi.

Goldman mengklaim akan memimpin semua perusahaan global dalam merger dan akuisisi pada tahun 2024.

JPMorgan Cetak Rekor Laba, Dorong Optimisme Investor Terhadap Sektor Perbankan
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan