Jun 30, 2025

Jelang Laporan Q1, Nvidia Dihimpit Tekanan China dan Rebound Global

Default Featured Image

Nvidia (NASDAQ: NVDA) dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal pertama fiskal 2026 pada Rabu malam, di tengah kombinasi sentimen geopolitik, pemulihan saham, dan dorongan permintaan dari Timur Tengah. 

Ini diperkirakan menjadi salah satu laporan laba paling krusial dalam musim ini, dengan analis dan investor menantikan apakah raksasa chip AI ini mampu mempertahankan momentumnya.

Menurut konsensus Bloomberg, Nvidia diperkirakan mencetak pendapatan $43.3 miliar, melonjak dari $26 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Laba per saham (EPS) disesuaikan diproyeksi naik ke $0.88, dari sebelumnya $0.61—kendati pertumbuhan ini dibayangi penurunan dari rekor sebelumnya.

Middle East Deal dan Relaksasi Ekspor Dorong Harga Saham

Saham Nvidia naik ke $135.50 awal pekan ini, meningkat 1% dari awal tahun dan naik 27% dalam 12 bulan terakhir. 

Katalisnya adalah dua hal: pertama, keputusan mendadak pemerintah AS membatalkan aturan ekspor AI versi Biden; kedua, serangkaian pengumuman investasi besar di Timur Tengah selama kunjungan mantan Presiden Donald Trump.

Salah satunya adalah rencana Nvidia memasok ratusan ribu unit GPU ke startup AI bernama Humain, yang didukung oleh dana kekayaan negara Arab Saudi. 

Selain itu, diumumkan pula pembangunan Proyek Stargate kedua di UEA, yang akan menggunakan sistem Blackwell dari Nvidia.

Menurut analis Bernstein Stacy Rasgon, langkah ini memberi kepastian baru bagi investor yang sempat khawatir akan keberlanjutan belanja AI global. 

> “Kita melihat pelanggan besar baru dengan pendanaan dalam yang siap berinvestasi secara strategis,” tulisnya.

China Jadi Titik Tekanan Setelah Larangan Chip H20

Namun, tak semuanya positif. Nvidia harus mencatatkan kerugian $5.5 miliar akibat larangan penjualan chip H20 ke China oleh pemerintahan Trump. 

Chip ini sebelumnya dirancang agar sesuai dengan batasan performa yang ditetapkan administrasi Biden.

Larangan tersebut efektif berlaku mulai 7 April, berdampak langsung pada pendapatan kuartal saat ini sebesar $1 miliar, dan diperkirakan menimbulkan kerugian tambahan $5 miliar pada kuartal Juli, menurut Morgan Stanley.

CEO Nvidia, Jensen Huang, secara terbuka mengkritik kebijakan ekspor AS dalam konferensi pers di Computex Taipei, menyebut bahwa larangan-larangan tersebut justru memperkuat posisi produsen chip AI China seperti DeepSeek.

Permintaan Masih Tinggi, Tapi Pasokan Blackwell Terbatas

Meski permintaan untuk chip Blackwell disebut “sangat kuat,” ketersediaannya masih terbatas. 

Morgan Stanley menegaskan bahwa hilangnya pendapatan dari H20 tidak bisa diimbangi dengan peningkatan pasokan Blackwell, yang belum sepenuhnya siap memenuhi lonjakan permintaan pasar global.

Analis memperkirakan pendapatan Nvidia dari China naik 150% menjadi $6.2 miliar, sementara pasar domestik AS tetap menjadi tulang punggung, dengan kontribusi sebesar $21.6 miliar. 

Sementara itu, pendapatan dari data center diperkirakan menyentuh $39.2 miliar, naik 74% dari tahun sebelumnya.

Kesimpulan

Menjelang laporan keuangan Q1, Nvidia berada di tengah tarik-menarik antara hambatan regulasi dan peluang ekspansi strategis. 

Sentimen market akan bergantung pada dua hal: bagaimana perusahaan menavigasi tekanan kebijakan ekspor, dan apakah ekspansi global, khususnya di Timur Tengah, cukup kuat untuk menjaga pertumbuhan dua digit tetap berlanjut.

Jelang Laporan Q1, Nvidia Dihimpit Tekanan China dan Rebound Global
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan