Apr 17, 2024

Hongkong Menyetujui ETF Bitcoin Spot Pertama

Pada tanggal 15 April 2024 lalu, Komisi Sekuritas dan Kontrak Berjangka Hong Kong (SFC) dilaporkan telah menyetujui beberapa dana yang diperdagangkan di exchange-traded fund spot Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH).

Daftar tersebut mencakup ETF dari Harvest Global Investments, China Asset Management, dan kemitraan antara HashKey dan Bosera Asset Management. 

Setelah mendapatkan persetujuan awal, Bursa Saham Hong Kong membutuhkan waktu sekitar  dua minggu untuk menyelesaikan semua persyaratan mengenai prosedur pencatatan dan pengaturan yang diperlukan.

Dilansir dari situs resmi SFC, setelah memperoleh seluruh persetujuan, Harvest Global Investments dan China Asset Management nantinya akan mengelola portofolio dengan berinvestasi lebih dari 10% dalam aset virtual.

Selain itu, Bosera Asset Management dan HashKey Capital juga mengumumkan bahwa mereka telah  mendapat persetujuan bersyarat dari SFC untuk ETF kripto spot mereka sendiri. 

Produk-produk ini tersebut bernama Bosera HashKey Bitcoin ETF dan Bosera HashKey Ether ETF yang memungkinkan investor untuk menggunakan Bitcoin dan Ethereum secara langsung untuk membeli ETF.

Persetujuan ini menandakan jika Hong Kong menjadi kota pertama di Asia yang menawarkan ETF dan dianggap sebagai potensi untuk mendorong reli Bitcoin pasca-halving.

Menurut Herbert Sim, selaku COO bursa kripto Websea menyatakan bahwa persetujuan ETF Bitcoin di Hong Kong menjadi faktor penting selain peristiwa halving, karena bank-bank besar China harus mulai membeli Bitcoin sendiri.

Herbert Sim menambahkan jika hal ini mungkin akan mendorong pembelian besar-besaran dari bank-bank tersebut sehingga berpotensi mempengaruhi harga Bitcoin secara signifikan.

Penyedia layanan kripto berbasis di Singapura, Matrixport memperkirakan bahwa persetujuan ETF Bitcoin Spot di Hong Kong dapat menarik permintaan investasi hingga USD 25 miliar dari investor China melalui program Southbound Stock Connect. 

Peristiwa ini menandai kemajuan signifikan bagi pasar aset kripto. Hal ini akan memungkinkan investor ritel untuk lebih mudah mengakses Bitcoin, yang berpotensi meningkatkan permintaan dan harga Bitcoin.

Selain itu, kehadiran ETF Bitcoin spot tersebut dapat meningkatkan kredibilitas Bitcoin sebagai aset investasi, yang mungkin menarik minat lebih banyak investor untuk memasuki pasar aset kripto.

Sementara itu, CEO firma investasi VanEck menyatakan keraguan atas kemungkinan persetujuan ETF Ether spot pada bulan Mei oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC). Dalam wawancara baru-baru ini, Jan van Eck menyatakan jika aplikasi ETF Ether spot dari perusahaannya kemungkinan akan ditolak. 

Ia mencatat bahwa VanEck adalah yang pertama mengajukan aplikasi ETF Ether spot di AS bersama ARK Invest milik Cathie Wood. Kedua perusahaan tersebut tetap akan menunggu keputusan final pada tanggal 23 dan 24 Mei mendatang. 

Hongkong Menyetujui ETF Bitcoin Spot Pertama
by Mohammad Alparidzy

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan