Raksasa ritel perbaikan rumah Home Depot (HD) kembali menarik perhatian investor setelah melaporkan percepatan pertumbuhan penjualan pada kuartal kedua 2025. Saham perusahaan melonjak hingga 4% pada perdagangan Selasa, didorong optimisme bahwa turunnya suku bunga mulai menghidupkan kembali pasar perumahan Amerika Serikat yang sempat lesu.
Performa Kuartal Kedua: Sinyal Positif di Tengah Ketidakpastian
Home Depot melaporkan bahwa same-store sales (penjualan di toko yang sudah beroperasi lebih dari setahun) naik 1% pada kuartal kedua. Di pasar AS sendiri, angka ini bahkan mencapai 1,4%, menandai kuartal ketiga berturut-turut pertumbuhan tahunan.
CEO Ted Decker menegaskan bahwa momentum kian menguat menjelang akhir kuartal. Pada Juli, pertumbuhan same-store sales melonjak 3,3% dibanding tahun sebelumnya, jauh lebih tinggi dari kenaikan tipis di Mei dan Juni yang masing-masing kurang dari 1%.
Pertumbuhan nilai transaksi (ticket growth) naik 1,4%, meski jumlah transaksi turun sedikit akibat berkurangnya promosi dan kenaikan harga barang tertentu seperti kayu (lumber) dan tembaga (copper).
Penjualan tiket bernilai di atas US$1.000 juga meningkat 2,6% dibanding periode sama tahun lalu.
Namun, Decker mengingatkan bahwa proyek renovasi besar masih cenderung tertahan. “Kami melihat pelanggan menunda proyek-proyek besar yang biasanya dibiayai lewat kredit, bukan membatalkannya,” katanya.
Angka Keuangan: Sedikit di Bawah Ekspektasi
Pendapatan Home Depot pada kuartal kedua tercatat US$45,27 miliar, sedikit di bawah perkiraan analis sebesar US$45,41 miliar menurut Reuters. Sementara laba per saham (EPS) disesuaikan sebesar US$4,68, hanya terpaut tipis dari konsensus US$4,72.
Meski ada deviasi kecil dari ekspektasi, pasar menyambut positif tren pertumbuhan yang mulai stabil. Terlebih, untuk kedua kalinya tahun ini, Home Depot menegaskan kembali proyeksi 2025, yakni:
- Pertumbuhan penjualan bersih sekitar 2,8%
- Pertumbuhan same-store sales sekitar 1%
Optimisme ini menjadi sorotan karena Home Depot kerap dianggap barometer sektor perumahan AS, mengingat bisnisnya erat kaitannya dengan renovasi dan pembangunan rumah.
Peran Suku Bunga: Menunggu Efek ke Konsumen
CFO Richard McPhail menambahkan bahwa faktor suku bunga tetap menjadi variabel penting. Meski pasar menantikan pemangkasan suku bunga The Fed dalam waktu dekat, McPhail menekankan bahwa yang paling relevan adalah suku bunga kredit konsumen, khususnya mortgage rate.
“Tarif pinjaman masih relatif tinggi dibandingkan sejarah terbaru. Itu sebabnya banyak pelanggan menunda proyek besar. Tapi mereka menunda, bukan membatalkan,” jelas McPhail dalam wawancara dengan Yahoo Finance.
Artinya, penurunan suku bunga bisa menjadi katalis besar bagi Home Depot jika benar-benar berdampak langsung pada bunga hipotek.
Tantangan Harga: Tekanan Tarif Impor
Selain suku bunga, faktor lain yang patut dicermati adalah tarif impor. McPhail menyebut bahwa sebagian barang impor kini menghadapi tarif yang lebih tinggi dibanding kuartal pertama 2025.
Dampaknya memang tidak meluas, namun akan ada “penyesuaian harga moderat” di beberapa kategori. Untungnya, lebih dari 50% produk Home Depot bersumber dari dalam negeri, sehingga eksposur terhadap tarif impor relatif terbatas.
Konteks Lebih Luas: Pasar Perumahan AS
Kinerja Home Depot sejalan dengan tanda-tanda kebangkitan pasar perumahan AS. Data National Association of Realtors (NAR) menunjukkan adanya peningkatan transaksi rumah bekas sejak pertengahan 2025, seiring ekspektasi penurunan suku bunga.
Di sisi lain, indeks kepercayaan konsumen AS juga mulai pulih, mendorong aktivitas belanja pada proyek renovasi kecil dan perbaikan rumah. Hal ini sesuai dengan catatan Decker bahwa pertumbuhan Home Depot banyak didorong proyek berskala kecil yang lebih mudah didanai tunai.
Dampak untuk Investor
Bagi investor, laporan kuartal kedua Home Depot memberi sinyal penting: meski tantangan makroekonomi masih ada, bisnis inti perusahaan tetap kokoh. Dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$300 miliar, Home Depot terus dipandang sebagai salah satu perusahaan paling stabil di sektor ritel AS.
Jika tren penurunan suku bunga berlanjut, potensi pertumbuhan penjualan renovasi besar akan terbuka lebar. Namun, risiko seperti tarif impor dan ketidakpastian suku bunga konsumen masih menjadi faktor penahan.
Home Depot berhasil menorehkan pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang masih rapuh. Kombinasi momentum perumahan, penyesuaian strategi harga, serta fokus pada proyek skala kecil membantu perusahaan menjaga performa.
Kini pertanyaannya: apakah pemangkasan suku bunga mendatang akan cukup untuk memicu gelombang renovasi besar yang bisa menjadi motor pertumbuhan berikutnya bagi Home Depot?