Jun 30, 2025

Harga Emas Turun 2.3%, Market Pangkas Harapan Suku Bunga

Default Featured Image

Harga emas melanjutkan pelemahan mingguan keduanya secara berturut-turut, mencatat penurunan lebih dari 2% dalam seminggu terakhir. 

Koreksi ini terjadi di tengah memudarnya ekspektasi pemangkasan suku bunga AS serta meningkatnya minat risiko investor Wall Street pasca rilis laporan keuangan positif dari raksasa teknologi.

Pada Jumat pagi waktu Asia, harga spot gold stabil di kisaran $3,242.97 per troy ounce, setelah sempat menyentuh rekor di atas $3,500 pekan lalu. 

Sementara kontrak berjangka emas di COMEX market di trading mendekati $3,240 per ounce.

Data Manufaktur AS dan Ekspektasi The Fed

Laporan aktivitas manufaktur AS untuk April menunjukkan kontraksi, namun masih sedikit lebih baik dari perkiraan Analis. 

Hal ini mendorong pelaku pasar untuk mengurangi taruhan terhadap agresivitas pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini. Kini, pemangkasan pertama sebesar 25 basis poin baru sepenuhnya diperhitungkan untuk Juli 2025.

Kondisi tersebut menekan daya tarik emas, yang tidak memberikan imbal hasil seperti instrumen berbunga. Imbal hasil obligasi AS dan kekuatan dolar ikut menahan pergerakan logam mulia.

Sentimen

 Market Bergeser: Dari Perlindungan ke Risiko

Minat terhadap aset berisiko kembali menguat seiring laporan pendapatan dari Apple dan Amazon. Namun, kedua perusahaan raksasa tersebut juga memberikan pandangan hati-hati untuk kuartal mendatang, terutama terkait tekanan biaya dari kebijakan tarif baru Presiden Trump.

Sinyal ketegangan dagang turut menekan prospek makro. Pemerintahan Trump tengah mempercepat perundingan dagang bilateral, termasuk dengan India, Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara Eropa. 

Vice President JD Vance menyebut kesepakatan dengan India sebagai salah satu prioritas utama.

!logam mulia ini masih mencatat kenaikan lebih dari 25% sepanjang tahun ini, didukung oleh permintaan spekulatif di China, pembelian oleh Bank Sentral, dan kekhawatiran akan kebijakan ekonomi non-konvensional dari Gedung Putih.

### Market Lanjut Menanti Data Ketenagakerjaan

Investor kini mengalihkan fokus ke laporan pekerjaan AS yang akan dirilis Jumat malam waktu Indonesia. Data ini akan menjadi penentu utama arah kebijakan The Fed selanjutnya dan bisa menggerakkan gold markets secara signifikan.

Sementara itu, indeks Bloomberg Dollar Spot tercatat stabil setelah naik 0.5% pada sesi sebelumnya. Komoditas logam lain seperti platinum cenderung stagnan, sementara perak dan paladium mencatat kenaikan tipis.

Harga Emas Turun 2.3%, Market Pangkas Harapan Suku Bunga
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan