Jun 30, 2025

Harga Emas Naik di Tengah Melemahnya Dolar dan Ketidakpastian Fiskal AS

Default Featured Image

Harga emas naik pada hari Rabu ke level tertingginya dalam sepekan karena dolar AS melemah dan investor mencari aset aman di tengah ketidakpastian fiskal di Amerika Serikat, saat Kongres sedang membahas rancangan undang-undang pemotongan pajak besar-besaran.

Harga emas di pasar spot naik 0,2% menjadi $3.293,98 per ons pada pukul 02.09 GMT, setelah sebelumnya menyentuh level tertingginya sejak 12 Mei.

Sementara itu, emas berjangka AS naik 0,3% menjadi $3.295,80 per ons.

Pelemahan Dolar Dukung Kenaikan Emas

Indeks dolar AS (.DXY) turun ke level terendah sejak 8 Mei, membuat emas yang dihargai dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain.

“Indeks dolar turun lebih dari satu poin dalam 24 jam terakhir akibat penurunan peringkat dari Moody’s, ditambah dengan keraguan terhadap rancangan undang-undang pajak Trump yang terus menekan dolar,” ujar analis Marex, Edward Meir.

Kegagalan Trump Meyakinkan Kongres

Pada hari Selasa, Trump mendesak rekan-rekan sesama Partai Republik di Kongres AS untuk bersatu mendukung rancangan pemotongan pajak besar-besaran, namun ia tampaknya gagal meyakinkan sejumlah anggota yang masih menolak dan bisa menggagalkan paket kebijakan yang mencakup sebagian besar agenda domestiknya.

Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai aset lindung nilai selama masa ketidakpastian politik dan ekonomi, cenderung menguat di lingkungan suku bunga rendah.

> “Dalam jangka menengah hingga panjang, peluang emas untuk terus naik masih terbuka, meskipun jika muncul kabar positif terkait kesepakatan dagang, hal ini bisa menjadi hambatan bagi emas untuk menembus level $3.500,” kata Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer.

Prospek Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed

Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem, mengatakan kepada Economic Club of Minnesota bahwa meredanya ketegangan dagang akan memungkinkan pasar tenaga kerja tetap kuat dan inflasi berada di jalur menuju target 2% milik The Fed.

Para pelaku pasar kini memperkirakan bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada Oktober dan memprediksi total pemangkasan sebesar 54 basis poin hingga akhir 2025.

Sementara itu, harga perak spot tercatat turun 0,2% menjadi $32,99 per ons. Sementara itu, platinum juga melemah sebesar 0,3% ke level $1.050,25 per ons. Di sisi lain, palladium justru mengalami kenaikan 0,5% menjadi $1.017,93 per ons, yang merupakan level tertingginya sejak 4 Februari.

Harga Emas Naik di Tengah Melemahnya Dolar dan Ketidakpastian Fiskal AS
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan