Jun 30, 2025

Harga Emas Kembali Meroket, Lampaui $3,400 Dipicu Sentimen Safe Haven

Default Featured Image

Harga emas melonjak ke rekor tertinggi baru pada Senin (22/4), melampaui level $3,400 per ons seiring pelemahan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran atas dampak ekonomi dari ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China. 

Permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas pun meningkat tajam.

Harga emas spot naik 2.7% menjadi $3,417.62 per ons pada pukul 13:46 waktu setempat (ET) atau 17:46 GMT, setelah sebelumnya sempat menyentuh rekor tertinggi $3,430.18 dalam sesi perdagangan. 

Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup menguat 2.9% ke level $3,425.30.

Pelemahan dolar turut mendorong harga emas, setelah mata uang tersebut merosot ke level terendah dalam tiga tahun. 

Penurunan ini dipicu oleh komentar Presiden Donald Trump terhadap Ketua The Fed, Jerome Powell, yang kembali mengguncang kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi AS. 

Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Dari sisi geopolitik, ketegangan dagang kembali memanas setelah China menuduh AS menyalahgunakan tarif dan memperingatkan negara-negara lain untuk tidak menjalin kesepakatan ekonomi dengan AS jika merugikan pihak ketiga.

“Selama ketegangan tarif terus memuncak, kami melihat harga emas terus menguat sebagai respons dari pencarian aset aman,” kata David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures. 

> “Akan ada koreksi dan aksi ambil untung di waktu tertentu, namun tren dasarnya tetap bergerak menyamping hingga menguat.”

Emas yang dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi sekaligus aset dengan likuiditas tinggi, telah mencetak beberapa rekor sejak awal tahun 2025. 

Harga emas telah menguat lebih dari $700 tahun ini, melampaui $3,300 pada Rabu lalu dan naik $100 hanya dalam beberapa hari terakhir.

“Pergerakan harga harian yang jauh lebih besar ini menjadi petunjuk awal bahwa reli emas yang sangat matang ini mungkin mendekati puncaknya dalam waktu dekat, meski belum tentu dari sisi harga,” ujar Jim Wyckoff, Analis Senior di Kitco Metals.

Sementara itu, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan beragam. Harga spot perak stabil di $32.60 per ons, platinum turun 0.6% ke $961.61, dan palladium melemah 3% ke $934.25.

Harga Emas Kembali Meroket, Lampaui $3,400 Dipicu Sentimen Safe Haven
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan