Jun 30, 2025

Harga Bitcoin Dekati ATH Baru, Minat Retail Masih Sepi

Default Featured Image

Trader retail dikenal sering masuk ke pasar saat euforia sedang tinggi biasanya setelah Bitcoin mencetak kenaikan bulanan yang signifikan atau menembus rekor harga tertinggi baru. Kondisi saat ini tampaknya tak jauh berbeda. Pada 14 Mei, Bitcoin mendekati angka $104.000, namun minat publik umum dan aktivitas trader retail masih terbilang rendah.

Para analis memperkirakan bahwa sepanjang tahun 2025, investor retail justru menjadi penjual bersih terbesar Bitcoin, sementara institusi justru menjadi pembeli utama. Tapi jika pola historis berulang, gelombang minat dari retail kemungkinan baru akan muncul sekitar seminggu setelah Bitcoin menembus level $109.350.

!3fb076f9827da0ebd218e3cf303bf7fcbc/0196cfe03fb076f9827da0ebd218e3cf303bf7fcbc.webp”>0196cfe0-3fb0-76f9-827d-a0ebd218e3cf.webp

Tren Pencarian BItcoin

Begitu juga dengan aplikasi Coinbase yang kini berada di posisi ke-15 dalam kategori keuangan di App Store AS hampir sama dengan peringkatnya di bulan Juni 2024, berdasarkan data dari The Block.

Jika peringkat aplikasi mobile dan tren pencarian Google untuk “Bitcoin” dianggap sebagai indikator minat retail, maka permintaan terakhir memuncak pada 15 November 2024, saat aplikasi Coinbase melesat dari posisi ke-40 ke posisi ke-5 hanya dalam dua minggu. Di saat yang sama, aktivitas pencarian juga melonjak ke titik tertingginya dalam dua tahun terakhir.

Euforia ini bertepatan dengan momen saat Bitcoin menembus rekor harga sebelumnya di $73.757 pada 6 November 2024. Puncak minat terjadi sembilan hari setelahnya. Walau sebagian besar trader retail melewatkan kenaikan harga dari $67.000 sebulan sebelumnya, tren bullish tetap berlanjut hingga Bitcoin mencapai $107.000 pada pertengahan Desember 2024.

Beli Bitcoin Saat All-Time High Bukan Strategi Ideal

Lonjakan minat retail serupa juga terjadi pada 9 Maret 2024, ketika aplikasi Coinbase naik ke posisi ke-4 dalam daftar aplikasi finansial paling banyak diunduh di AS, dari posisi ke-35 hanya dua minggu sebelumnya. Saat itu, pencarian Google untuk kata “Bitcoin” mencapai level tertinggi dalam 20 bulan sekitar enam hari setelah BTC menembus harga penutupan harian tertinggi sebelumnya di $68.000 dari November 2021.

Lonjakan minat ini mengikuti kenaikan harga 56% dalam 30 hari, di mana BTC naik dari $43.100 ke $68.100. Berbeda dengan breakout di bulan November 2024, harga Bitcoin dalam tujuh bulan setelah Maret justru bergerak liar, sulit bertahan di atas $70.000. Trader retail cenderung bereaksi terhadap rekor harga sebelumnya, namun pola ini sering kali membuat mereka terlambat dan kehilangan sebagian besar potensi keuntungan.

Arus keluar bersih dari investor retail saat Bitcoin hanya 5,5% di bawah rekor tertinggi mendukung narasi dari tren pencarian “Bitcoin” dan peringkat aplikasi Coinbase. Semua ini memperkuat ide bahwa permintaan dari retail baru mulai muncul sekitar seminggu setelah Bitcoin mencetak harga tertinggi baru.

Harga Bitcoin Dekati ATH Baru, Minat Retail Masih Sepi
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan