Jun 30, 2025

Gedung Putih Prioritaskan AI di Pendidikan, Trump Siapkan Generasi Teknologi

Default Featured Image

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, resmi menandatangani perintah eksekutif terbaru yang meluncurkan inisiatif nasional untuk mendorong pendidikan kecerdasan buatan (AI) di seluruh penjuru negeri. 

Langkah ini menandai dorongan besar Pemerintahan Trump dalam mengamankan posisi dominan AS di sektor teknologi yang berkembang pesat.

Perintah tersebut, yang diteken pada Selasa (23/4), menciptakan White House Task Force on AI Education, gugus tugas yang akan dipimpin oleh Direktur Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi (OSTP) dan mencakup pejabat tinggi dari berbagai kementerian, termasuk Energi, Pertanian, Pendidikan, dan Tenaga Kerja. 

David Sacks, Penasihat Khusus Gedung Putih untuk AI dan Kripto, juga akan terlibat dalam kepemimpinan strategi lintas sektor ini.

Fokus Awal: Pelajar, Guru, dan Kolaborasi Lintas Sektor

“Generasi muda Amerika perlu diberi peluang untuk menguasai keterampilan dan pemahaman yang diperlukan guna menciptakan teknologi AI generasi berikutnya,” ujar Gedung Putih dalam pernyataan resminya. 

Pemerintah menyebut bahwa pelatihan awal di bidang AI akan membantu mendemistifikasi teknologi tersebut dan mempersiapkan pelajar menjadi bagian dari tenaga kerja berbasis AI.

Salah satu program utama dari inisiatif ini adalah peluncuran Presidential AI Challenge, sebuah ajang nasional yang bertujuan menyoroti pencapaian pelajar dan pendidik di bidang AI. 

Program ini juga dirancang untuk memperluas adopsi AI secara geografis dan mendorong kerja sama antara pemerintah, akademisi, sektor filantropi, dan industri dalam menangani tantangan nasional melalui solusi berbasis AI.

Prioritaskan Dana Pelatihan Guru dan Riset AI

Perintah eksekutif juga memerintahkan Departemen Pendidikan AS untuk memprioritaskan AI dalam hibah pelatihan guru, serta mengarahkan National Science Foundation (NSF) agar memfokuskan penelitian pendidikan yang terkait dengan kecerdasan buatan.

Namun, inisiatif ambisius ini muncul di tengah tanda tanya besar terkait pemangkasan anggaran pendidikan yang dilakukan oleh Presiden Trump sendiri pada Maret lalu. 

Para Analis menilai keberhasilan inisiatif ini akan sangat bergantung pada seberapa efektif Gedung Putih dalam menyelaraskan strategi lintas departemen, dan mengatasi keterbatasan anggaran.

“Menyiapkan siswa kita menjadi pemimpin AI tidak cukup hanya dengan menyusun kurikulum — kita juga perlu berinvestasi pada guru, memastikan mereka memiliki alat dan pengetahuan untuk mengajar dan menggunakan AI secara efektif di ruang kelas,” tegas pernyataan resmi Gedung Putih.

Kelanjutan dari Arah Kebijakan Teknologi Pro-Bisnis

Langkah ini menjadi bagian dari agenda Trump untuk memperkuat dominasi AS di sektor teknologi tinggi. 

Pada Januari lalu, tak lama setelah mulai menjabat untuk masa jabatan keduanya, Trump mencabut berbagai pembatasan AI yang diberlakukan selama pemerintahan sebelumnya. 

Ia menyatakan bahwa kepemimpinan dalam teknologi canggih seperti AI adalah pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi dan pertahanan nasional.

Meski banyak pihak memuji pendekatan agresif ini sebagai upaya memodernisasi sistem pendidikan AS, sejumlah kritikus menyoroti ketidakkonsistenan antara ambisi kebijakan dan dukungan pendanaan aktual di lapangan.

Gedung Putih Prioritaskan AI di Pendidikan, Trump Siapkan Generasi Teknologi
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan