Apr 24, 2024

Perusahaan Teknologi Vietnam Akan Membangun Pabrik AI Senilai $200 Juta Bersama Nvidia

Perusahaan IT Vietnam, FPT, dan Nvidia, pemimpin global dalam produksi chip semikonduktor, mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama untuk mendanai dan membangun pabrik kecerdasan buatan (AI) senilai $200 juta di Vietnam.

Dalam sebuah pernyataan bersama pada tanggal 23 April, kedua perusahaan menyatakan bahwa inisiatif mereka bertujuan untuk menciptakan “toko satu atap” untuk semua hal terkait AI dan komputasi awan di Vietnam. Sasaran mereka termasuk produk AI, infrastruktur GPU, ahli teknologi, dan keahlian domain untuk klien lokal.

FPT berencana untuk melakukan investasi dana dalam pabrik AI tersebut, yang akan berfungsi sebagai “sovereign cloud,” sementara Nvidia akan menyediakan teknologi terbarunya. Ini termasuk perangkat lunak dan kerangka kerja perusahaan AI-nya, bersama dengan GPU Nvidia H100 Tensor Core.

Menurut pernyataan tersebut, FPT berambisi menjadikan Vietnam sebagai pusat kecerdasan buatan global dan mengubah negara ini menjadi negara yang mengadopsi teknologi AI, sambil mempercepat penerapan aplikasi AI di negara-negara tetangga seperti Jepang dan Korea.

Keith Strier, wakil presiden AI Dunia untuk Nvidia, menyatakan bahwa AI memiliki potensi untuk “meningkatkan kualitas hidup dan memperkuat perekonomian setiap negara” melalui akselerasi inovasi di berbagai bidang seperti kesehatan, pertanian, iklim, dan manufaktur.

Pabrik tersebut akan menyediakan layanan cloud GPU kepada pelanggan korporat FPT untuk mempercepat kemampuan dan kecepatan aplikasi AI, serta menawarkan layanan generative AI end-to-end.

Selain itu, program-program Nvidia akan disatukan ke dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler, program pelatihan, dan fasilitas laboratorium di universitas dan sekolah menengah di seluruh negeri. Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa setidaknya 30.000 siswa akan dijangkau oleh inisiatif ini.

Pada Desember 2023, CEO Nvidia mengumumkan rencana perusahaan untuk memperluas kemitraan di Vietnam dengan tujuan menarik bakat lokal di industri kecerdasan buatan (AI).

Sebelumnya, pada September 2023, Amerika Serikat dan Vietnam melakukan perjanjian bisnis senilai miliaran dolar untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang AI, terutama fokus pada penguatan rantai pasokan semikonduktor.

Pada pertemuan tersebut, para kepala perusahaan teknologi utama yang bergerak di bidang AI turut hadir, termasuk Nvidia, Microsoft, dan Google.

Perusahaan Teknologi Vietnam Akan Membangun Pabrik AI Senilai $200 Juta Bersama Nvidia
by Rendy Andriyanto

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan