Jun 30, 2025

Eric Trump Ungkap Lonjakan Minat Global Terhadap Bitcoin

Default Featured Image

Eric Trump, putra kedua dari Presiden AS Donald Trump, menyatakan bahwa saat ini tengah terjadi “perlombaan global” dalam mengakumulasi Bitcoin, mulai dari keluarga terkaya hingga lembaga keuangan negara. 

Pernyataan tersebut disampaikan saat Trump tampil dalam panel diskusi di ajang Consensus 2025 di Toronto pada 15 Mei.

> “Saya terus bepergian dengan pesawat. Setiap orang yang saya temui—dari sovereign wealth fund, keluarga elite, hingga perusahaan raksasa—semua sedang mencoba menimbun Bitcoin sekarang,” kata Trump dalam sesi bersama CEO Hut 8, Asher Genoot.

Dua Perlombaan Bitcoin: Akuisisi dan Penambangan

Eric Trump menggambarkan bahwa dunia crypto saat ini tengah diwarnai oleh dua jenis “perlombaan”: akumulasi dan penambangan. 

Dalam hal akumulasi, menurutnya, tokoh seperti Michael Saylor (pendiri MicroStrategy) masih memimpin. 

Sementara untuk penambangan, Trump mengaku terlibat langsung melalui perusahaan American Bitcoin, anak usaha dari Hut 8 yang baru saja mengumumkan merger dengan Gryphon Digital Mining.

Transaksi tersebut akan dilakukan dalam skema stock for stock, dan hasil merger direncanakan akan terdaftar di Nasdaq, memperluas eksposur publik terhadap sektor mining crypto yang kini kembali naik daun.

Keterlibatan Keluarga Trump di Dunia

 Crypto Tuai Kritik Demokrat

Keterlibatan keluarga Trump dalam dunia aset digital bukanlah hal baru. Seiring dengan berkembangnya bisnis dari koleksi NFT, memecoin, hingga stablecoin, kekhawatiran atas potensi konflik kepentingan semakin meningkat.

Sejumlah anggota parlemen dari Partai Demokrat secara terbuka menyuarakan kekhawatiran terhadap besarnya pengaruh politik dan bisnis crypto keluarga Presiden. 

Bahkan, mereka sempat melakukan walk-out dari sidang bersama terkait regulasi aset digital, menuntut pembahasan lebih transparan soal keterlibatan langsung Presiden dalam ekosistem crypto.

Dalam respons terhadap isu tersebut, dukungan terhadap RUU Stablecoin bipartisan mulai merosot. 

Meski voting lanjutan diperkirakan akan digelar pada 26 Mei, posisi legislasi masih belum stabil akibat tekanan politis yang mengiringi proyek-proyek crypto Trump.

Arah Baru Bitcoin: Dari Aset Spekulatif ke Perlombaan Global

Pernyataan Eric Trump semakin mempertegas tren global bahwa Bitcoin kini dianggap bukan lagi sekadar aset spekulatif, melainkan alat diversifikasi strategis bagi institusi global. 

Dengan semakin banyak negara dan entitas swasta masuk ke market ini, volatilitas politik justru tampak mendorong minat akumulasi jangka panjang.

Di tengah ketidakpastian makroekonomi, geopolitik, dan regulasi AS yang belum final, Bitcoin tetap menunjukkan daya tarik yang kuat sebagai aset alternatif.

Eric Trump Ungkap Lonjakan Minat Global Terhadap Bitcoin
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan