Jun 30, 2025

Emas Naik Tipis, Didorong Dolar Melemah dan Ketegangan Dagang AS-China

Default Featured Image

Harga emas memangkas kenaikan sebelumnya pada Selasa karena imbal hasil obligasi pemerintah AS naik, meskipun dolar yang melemah dan meningkatnya ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tetap menopang harga logam mulia tersebut.

Setelah sempat naik hingga 1,3% di awal sesi, harga emas spot naik tipis 0,1% menjadi $2.984,16 per ons pada pukul 14:03 waktu setempat (1803 GMT). Sementara itu, kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,5% di $2.990,20.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam satu minggu, membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik.

Emas Tetap Bullish di Tengah Ketegangan Dagang

“Meski telah turun selama tiga sesi berturut-turut, emas tetap berada dalam tren bullish karena ketegangan dagang dan prospek penurunan suku bunga AS terus mendukung daya tariknya,” kata Lukman Otunuga, analis riset senior di FXTM.

“Jika berhasil menembus level $3.055, emas berpeluang menuju $3.100 hingga $3.130. Tapi kalau terus melemah di bawah $3.000, emas bisa tergelincir ke $2.950 bahkan $2.930.”

Kekhawatiran atas perang dagang global meningkat sejak Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif balasan pada 2 April, yang memicu kekhawatiran akan resesi dan mendorong investor beralih ke aset-aset safe haven seperti emas.

Pemerintah AS akan menerapkan tarif sebesar 104% terhadap barang-barang dari China mulai pukul 12:01 pagi waktu setempat pada Rabu, menurut pejabat Gedung Putih, setelah Beijing tidak mencabut tarif balasan terhadap produk AS sesuai batas waktu siang hari Selasa yang ditetapkan Trump.

Dolar Melemah, Emas Kian Terjangkau

Emas, yang sering dianggap sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian politik dan keuangan, telah naik 15% sejak awal tahun.

Sementara itu, indeks dolar (.DXY) turun terhadap mata uang lainnya, membuat emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang non-dolar.

Investor kini menantikan risalah dari pertemuan kebijakan terbaru Federal Reserve AS yang akan dirilis Rabu untuk mencari petunjuk lebih lanjut soal arah kebijakan suku bunga.

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Dorong Prospek Emas

Para trader saat ini memperkirakan sekitar 40% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Mei. Emas yang tidak menghasilkan imbal hasil cenderung berkinerja baik di lingkungan suku bunga rendah.

“Lonjakan besar dalam ekspektasi pemangkasan suku bunga beberapa hari terakhir menunjukkan bahwa harga emas kemungkinan akan naik lagi dalam waktu dekat,” tulis Commerzbank dalam catatannya.

Di pasar logam lainnya, harga perak spot turun 0,8% menjadi $29,86 per ons, platinum naik 0,2% menjadi $914,83, dan palladium turun 1,3% ke $906,75.

Emas Naik Tipis, Didorong Dolar Melemah dan Ketegangan Dagang AS-China
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan