Jun 30, 2025

Emas Melonjak Tajam di Tengah Ketegangan Dagang AS-Tiongkok

Default Featured Image

Emas melonjak lebih dari 2% pada hari Rabu dan bersiap mencatatkan hari terbaiknya sejak Oktober 2023. Kenaikan ini didorong oleh arus masuk aset safe-haven di tengah memanasnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, setelah Presiden AS Donald Trump kembali menaikkan tarif terhadap Tiongkok.

Harga emas spot naik 2,6% ke level $3.059,76 per ons pada pukul 14:23 waktu setempat (18:23 GMT), sedikit turun dari level tertinggi sesi yang hampir menyentuh $3.100, setelah Trump mengumumkan bahwa penangguhan tarif hanya berlaku untuk negara-negara selain Tiongkok.

Emas Sebagai Aset Lindung Nilai

“Pada akhirnya, emas tetap dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakstabilan. Kita sedang menghadapi situasi di mana tarif menjadi masalah besar, ditambah ekspektasi inflasi yang meningkat, dan itu tercermin dari naiknya imbal hasil obligasi,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Trump menyatakan telah menyetujui jeda selama 90 hari untuk pemberlakuan tarif baru terhadap banyak negara, tetapi pada saat yang sama justru meningkatkan tarif untuk impor dari Tiongkok menjadi 125% dan langsung berlaku saat itu juga.

Lonjakan Harga Terkait Kekhawatiran Inflasi

Emas, yang kerap digunakan sebagai investasi aman di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi, telah naik lebih dari $400 sepanjang tahun 2025 dan mencetak rekor tertinggi di $3.167,57 pada 3 April, didorong oleh tingginya permintaan safe-haven dan pembelian oleh bank sentral.

Sikap The Fed dan Harapan Penurunan Suku Bunga

Dalam risalah pertemuan terbarunya, para pengambil kebijakan Federal Reserve hampir semuanya memperingatkan bahwa ekonomi AS menghadapi risiko inflasi yang lebih tinggi di tengah perlambatan pertumbuhan. Beberapa bahkan menyebut akan ada “kompromi sulit” yang harus dihadapi.

Saat ini, para pelaku pasar memperkirakan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juni mencapai 72%, menurut CME FedWatch Tool.

Logam mulia seperti emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya menguat di tengah lingkungan suku bunga rendah.

Investor kini menantikan data indeks harga konsumen AS yang akan dirilis Kamis sebagai panduan lebih lanjut.

Di pasar logam lainnya, harga perak naik 3,1% ke $30,8 per ons, platinum turun 1,2% ke $931,87, dan paladium naik 1,9% ke $923,75.

Emas Melonjak Tajam di Tengah Ketegangan Dagang AS-Tiongkok
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan