Jul 14, 2025

Emas Melemah di Tengah Negosiasi Tarif Trump dan Lonjakan Yield Obligasi AS

Setelah pekan-pekan penuh gejolak akibat ketidakpastian global, harga emas akhirnya goyah, tergelincir lebih dari 1% pada Selasa (9 Juli) waktu New York. Ini bukan penurunan biasa.

Ini adalah cerminan dari dua dinamika besar yang tengah bertabrakan di pasar: optimisme akan tercapainya kesepakatan dagang dan kebangkitan kembali kebijakan tarif kontroversial ala Donald Trump.

Dari Safe-Haven ke Risiko: Emas Kalah Pamor

Harga spot emas turun sebesar 0,8% ke level USD 3.307,16 per ons, setelah sempat menyentuh titik terendah dalam lebih dari satu minggu. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS juga melemah 0,8% dan ditutup di USD 3.316,90 per ons.

Faktor utama? Sentimen pasar yang kembali “risk-on.” Dengan adanya harapan akan pelonggaran ketegangan dagang antara AS dan mitra utamanya seperti Jepang dan Korea Selatan, investor mulai keluar dari aset lindung nilai seperti emas dan masuk ke instrumen berisiko lebih tinggi.

“Fokus pasar ada pada negosiasi dagang yang terus berkembang. Optimisme ini menekan permintaan emas sebagai safe-haven,” ujar Peter Grant, Wakil Presiden dan Analis Senior Logam di Zaner Metals.

Dolar dan Imbal Hasil Obligasi: Dua Musuh Emas

Tak hanya sentimen dagang, penguatan dolar AS yang naik tipis 0,1% serta lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun ke level tertinggi dalam dua pekan turut menambah tekanan.

Perlu dicatat, emas tidak memberikan imbal hasil. Jadi, ketika yield naik, emas secara relatif menjadi kurang menarik bagi investor yang memburu pendapatan tetap.

Korelasi terbalik antara yield dan harga emas kembali bekerja penuh pekan ini, memperlihatkan bahwa pasar masih sangat sensitif terhadap arah kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat.

Trump, Tarif, dan Tiga Pekan yang Menentukan

Di sisi geopolitik, Presiden Donald Trump kembali membuat kejutan dengan mengumumkan kenaikan tarif besar-besaran terhadap 14 negara, termasuk mitra dagang utama seperti Jepang dan Korea Selatan.

Meski tarif tersebut baru akan berlaku mulai 1 Agustus, negara-negara terkait sedang berupaya keras untuk melakukan negosiasi dalam waktu tiga minggu ke depan.

Dengan batas waktu 9 Juli yang disebut-sebut sebagai tonggak awal negosiasi, ketidakpastian ini tetap membayangi pasar. Namun, fakta bahwa masih ada “jendela diplomatik” justru menumbuhkan harapan bahwa eskalasi konflik dagang bisa dihindari setidaknya untuk sementara.

Bank Sentral AS dan Inflasi: Apa Implikasinya untuk Emas?

Pasar kini menantikan risalah pertemuan terakhir Federal Reserve serta serangkaian pidato dari pejabat The Fed pekan ini. Fokusnya? Apakah bank sentral akan mulai memangkas suku bunga pada Oktober, sebagaimana diantisipasi pelaku pasar?

Namun, ancaman inflasi akibat tarif tampaknya akan menahan Fed untuk tidak terlalu agresif dalam pelonggaran moneter.

“Selama risiko inflasi akibat tarif tetap tinggi, Fed kemungkinan menunda pemangkasan suku bunga hingga tahun depan dan ini akan membatasi kenaikan harga emas,” kata Hamad Hussain, Ekonom Iklim dan Komoditas di Capital Economics.

Logam Mulia Lainnya Juga Terdampak

  • Perak spot turun 0,3% menjadi USD 36,64 per ons

  • Platinum turun 0,8% ke USD 1.359,90 per ons

  • Palladium relatif stagnan di USD 1.111,36 per ons

Dengan volatilitas yang kembali membayangi, logam mulia menghadapi tantangan baru dalam menjaga performa sebagai instrumen lindung nilai.

Apa Artinya Bagi Investor?

Investor emas baik ritel maupun institusional kini berada dalam posisi yang serba dilematis. Di satu sisi, ketidakpastian tarif dan geopolitik bisa menjadi bahan bakar bagi reli berikutnya. Namun di sisi lain, optimisme dagang dan ekspektasi kebijakan moneter yang lebih ketat justru menjadi penghambat utama.

Rekomendasi strategis saat ini adalah wait-and-see, terutama menjelang rilis risalah The Fed dan arah negosiasi tarif AS. Jika eskalasi dagang benar-benar terjadi pada Agustus, harga emas bisa melonjak kembali. Tapi jika tercapai konsensus diplomatik, harga bisa terus tertekan.

Dalam dunia yang makin fluktuatif, emas tetap menjadi cermin sentimen pasar. Naik turunnya bukan hanya urusan harga, tapi juga pertarungan narasi: antara ketakutan dan harapan, antara perlindungan dan peluang.

Harga emas hari ini bukan sekadar angka ia adalah barometer emosi pasar. Dan seperti biasa, emosi adalah hal yang paling sulit diprediksi. namun paling menarik untuk diikuti.

 

Emas Melemah di Tengah Negosiasi Tarif Trump dan Lonjakan Yield Obligasi AS
by Kiki A. Ramadhan

0 comments


Artikel lainnya