Jun 30, 2025

DayDayCook Borong Bitcoin, Tiongkok Diam-Diam Makin Doyan Kripto

Default Featured Image

Perusahaan makanan siap saji yang berbasis di Hong Kong, DDC Enterprise (juga dikenal sebagai DayDayCook), melakukan pembelian Bitcoin pertamanya sebagai bagian dari rencana ambisius untuk mengakumulasi 5.000 BTC dalam tiga tahun ke depan.

Pada 23 Mei, perusahaan yang terdaftar di New York ini mengumumkan telah membeli 21 Bitcoin senilai $2,28 juta dengan menukar 254.333 lembar sahamnya. Selain itu, DDC mengatakan akan membeli 79 BTC lagi dalam dua transaksi terpisah dalam beberapa hari mendatang agar total kepemilikan awalnya menjadi 100 BTC.

Pembelian ini merupakan langkah awal dari rencana yang diumumkan pada 15 Mei lalu. Dalam tahap awal, DDC menargetkan memiliki 500 BTC sebelum akhir 2025. Jika rencana 5.000 BTC mereka tercapai saat ini juga, DDC akan masuk ke jajaran perusahaan publik dengan kepemilikan Bitcoin terbesar ke-11, tepat di bawah perusahaan investasi Jepang, Metaplanet, yang memiliki 7.800 BTC, menurut data dari Bitbo.

Saham DDC ditutup turun 14,5% pada sesi perdagangan 23 Mei, tetapi naik 2,43% setelah jam perdagangan menjadi $3,79, menurut Google Finance. Sepanjang tahun ini, saham DDC telah turun lebih dari 27%.

Adopsi Kripto di Tiongkok Mulai Menguat Lagi

Di sisi lain, minat terhadap kripto di Tiongkok juga tampak meningkat dalam beberapa bulan terakhir, meskipun negara tersebut masih melarang transaksi kripto secara menyeluruh.

Perusahaan ritel kendaraan listrik asal Tiongkok, Jiuzi Holdings, pada 22 Mei mengumumkan bahwa dewan direksinya menyetujui rencana untuk membeli 1.000 BTC dalam satu tahun ke depan. Rencana ini akan didanai melalui penerbitan saham dan pembelian langsung Bitcoin.

Laporan sebelumnya juga menyebutkan bahwa investor kaya di kawasan Asia mulai mengalihkan asetnya dari investasi berbasis dolar AS ke emas, kripto, dan aset berbasis Tiongkok.

Sebagai tambahan, Dewan Legislatif Hong Kong pekan lalu telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang Stablecoin, yang menetapkan kerangka hukum yang jelas bagi penerbit stablecoin. Institusi keuangan diperkirakan dapat mulai mengajukan izin penerbitan stablecoin sebelum akhir tahun ini.

DayDayCook Borong Bitcoin, Tiongkok Diam-Diam Makin Doyan Kripto
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan