Jun 30, 2025

Data On-Chain Dorong Optimisme, Bitcoin Bisa Tembus $90.000 Lebih Cepat

Default Featured Image

Bitcoin kembali menjadi pusat perhatian. Setelah beberapa pekan berfluktuasi dalam zona konsolidasi yang membingungkan banyak investor, kini aset digital terbesar di dunia ini menunjukkan taringnya lagi.

Dengan harga yang telah menembus $86.900, muncul satu pertanyaan besar: Apakah Bitcoin benar-benar siap menembus $90.000 dan melampaui batas psikologis tersebut?

Jawabannya bisa jadi “ya,” jika kita melihat apa yang terungkap dari data on-chain terbaru yang dipublikasikan oleh IntoTheBlock.

Peta Biaya Dasar On-Chain Senjata Rahasia Analisis Harga

IntoTheBlock, salah satu platform intelijen pasar terkemuka, mempublikasikan analisis biaya dasar (cost basis) yang menunjukkan distribusi pasokan Bitcoin berdasarkan harga pembelian terakhir investor.

Grafik yang mereka bagikan mengilustrasikan titik-titik harga di mana investor membeli BTC, dengan ukuran titik menunjukkan seberapa besar volume yang dibeli pada rentang harga tersebut.

Apa yang menarik? Rentang harga antara $87.501 – $92.629 ternyata menyimpan volume pembelian yang relatif kecil. Artinya, jika Bitcoin berhasil masuk ke zona ini, hambatan dari sisi tekanan jual kemungkinan akan minimal.

Dalam istilah teknikal: Bitcoin bisa menembusnya dengan mudah jika momentum bullish terus berlanjut.

Di Mana Rintangan Terbesar Menanti?

Data menunjukkan bahwa zona resistensi kuat selanjutnya terletak di kisaran $95.300 – $97.971. Ini adalah rentang harga di mana banyak investor sebelumnya membeli BTC, dan saat ini posisi mereka masih berada di bawah air (underwater).

Dalam konteks psikologi pasar, zona ini sering menjadi area distribusi: investor yang mengalami kerugian cenderung menjual ketika harga kembali mendekati titik impas mereka.

Artinya, jika Bitcoin berhasil menembus $90.000, bukan berarti jalannya akan sepenuhnya mulus. Namun setidaknya, berdasarkan data yang ada, jalan menuju level $95.000 terlihat jauh lebih terbuka daripada yang dibayangkan sebelumnya.

Bitcoin dan Sentimen Pasar Kombinasi Kritis

Kenaikan harga BTC saat ini juga selaras dengan membaiknya sentimen makro. Pasar global tengah berada di fase “risk-on” menyusul pernyataan dovish dari beberapa bank sentral besar dan meredanya kekhawatiran terhadap inflasi di AS.

Selain itu, akumulasi institusional diam-diam juga masih berlangsung, didukung oleh arus masuk ke ETF Bitcoin spot yang masih stabil meski tidak se-agresif saat peluncuran awal.

Jangan lupa pula bahwa Bitcoin baru saja melewati momen halving keempat pada April 2024 sebuah peristiwa siklikal yang secara historis telah mendorong tren bullish jangka panjang. Dalam tiga halving sebelumnya, BTC rata-rata mencetak rekor tertinggi baru dalam 12-18 bulan setelahnya.

Dengan demikian, potensi untuk menembus $100.000 di tahun ini bukan lagi sekadar fantasi.

Momentum atau Ilusi?

Apakah kita benar-benar sedang menuju Bitcoin All Time High baru? Data on-chain menunjukkan bahwa jalur menuju $90.000 dan bahkan $95.000 mungkin lebih “kosong” dari hambatan teknikal daripada yang diperkirakan banyak orang.

Dengan kondisi pasar yang lebih kondusif dan dukungan sentimen makro yang mulai membaik, skenario ini bukan hanya mungkin ia layak untuk diantisipasi.

Namun seperti biasa, investor bijak tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga memperhatikan volume, volatilitas, dan sinyal makro lain yang bisa berubah cepat. Karena di dunia kripto, euforia sering kali berjalan beriringan dengan kejutan.

Data On-Chain Dorong Optimisme, Bitcoin Bisa Tembus $90.000 Lebih Cepat
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan