Jun 10, 2024

China Stop Pembelian Emas, Akankah Harganya Menurun?

Harga emas (XAU/USD) berada dalam posisi defensif sekitar $2,295 sejak Jumat lalu. Logam mulia ini mengalami penurunan ke level terendah dalam satu bulan pada hari Jumat di tengah penurunan ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve (Fed) AS tahun ini.

Selain itu, penurunan juga dipicu akibat adanya sentimen bearish akibat berita jika bank sentral China menghentikan pembelian emas pada bulan Mei setelah selama 18 bulan melakukan pembelian secara terus menerus.

Data ketenagakerjaan AS yang dirilis baru-baru ini menunjukkan angka kenaikan jumlah pekerjaan yang signifikan. Hal tersebut mendorong para pedagang untuk menunda ekspektasi waktu pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed). 

Berdasarkan data yang diperoleh Nonfarm Payrolls (NFP) dan Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) pada jumat lalu, selama bulan Mei AS mengalami peningkatan sebanyak 272.000 jumlah pekerja, naik dari peningkatan 165.000 pekerjaan di bulan April. Sementara itu, Tingkat Pengangguran naik menjadi 4,0% pada bulan Mei dari 3,9% di bulan April

Adanya peningkatan jumlah pekerjaan dalam lingkungan ekonomi AS, memunculkan perspektif jika Fed mungkin tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga, karena pasar tenaga kerja yang kuat dapat menunjukkan bahwa ekonomi berada dalam kondisi yang lebih baik daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Oleh karena itu, kepala strategi pasar Blue Line Futures, Phillip Streible menyatakan jika Fed kemungkinan akan menunda pemotongan suku bunga pertama mereka, karena ekonomi AS cukup kuat saat ini. 

Pasar keuangan sekarang memperkirakan hampir 49% kemungkinan pemotongan suku bunga untuk pertemuan bulan September, turun dari 68% sebelum data NFP, menurut alat CME FedWatch.

Selain itu, People’s Bank of China (PBOC), salah satu pembeli emas terbesar di dunia selama bertahun-tahun, menghentikan pembelian emas selama 18 bulan berturut-turut pada bulan Mei lalu.

Hal ini terjadi setelah harga emas mencapai rekor tertinggi pada bulan April dan Mei. Kekhawatiran tentang penurunan permintaan emas ini memberikan tekanan jual tambahan pada logam mulia tersebut.

Sebagai tambahan informasi, China memiliki 72,80 juta ons troy emas pada akhir Mei, yang jumlahnya tetap konstan dari akhir April. Namun, nilai cadangan emas China meningkat menjadi $170,96 miliar pada akhir Mei dari $167,96 miliar pada akhir April. 

Peningkatan nilai ini kemungkinan besar disebabkan oleh kenaikan harga emas, meskipun jumlah fisik emas yang dimiliki tetap sama.

Penghentian pembelian emas oleh PBOC ini menambah kekhawatiran di pasar tentang potensi penurunan permintaan emas. Sebagai salah satu pembeli terbesar, tindakan PBOC dapat mempengaruhi sentimen pasar secara signifikan.

Penurunan permintaan dari Tiongkok dapat menyebabkan harga emas turun lebih lanjut karena pasar bereaksi terhadap perubahan dalam pola pembelian oleh salah satu pembeli terbesar di pasar emas global.

China Stop Pembelian Emas, Akankah Harganya Menurun?
by Mohammad Alparidzy

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan