Jun 30, 2025

Bitget dan Avalanche Suntik Dana Besar ke Kripto India

Default Featured Image

Dua raksasa industri kripto, Bitget dan Avalanche, resmi menjalin kemitraan strategis untuk mempercepat adopsi kripto dan Web3 di India, salah market paling dinamis dan berkembang pesat di dunia. 

Melalui kolaborasi ini, keduanya akan menyalurkan dana sedikitnya $10 juta atau sekitar Rp160 miliar untuk mendanai berbagai inisiatif komunitas, mulai dari beasiswa, hackathon, hingga lokakarya edukatif.

Fokus awal akan tertuju pada dua kota utama: Delhi, pusat populasi terbesar, dan Bangalore, yang dikenal sebagai “Silicon Valley”-nya India. 

Program ini menyasar segmen usia produktif yang kini mendominasi demografi investor kripto di India — yakni kelompok usia 18 hingga 35 tahun, yang mencakup hampir 75% dari total pengguna kripto nasional.

India jadi Magnet Baru Adopsi Web3 Global

India mengalami lonjakan aktivitas kripto dalam dua tahun terakhir. Data dari CoinSwitch menunjukkan konsentrasi investasi terbesar berasal dari Delhi (20.1%), Bengaluru (9.6%), dan Mumbai (6.5%). 

Meskipun Bitcoin dan Ether masih dominan, 2024 ditandai dengan kejutan besar: Dogecoin menjadi aset kripto paling banyak dibeli, diikuti oleh token meme lain seperti Shiba Inu dan PEPE.

Lonjakan ini turut mendorong kembalinya sejumlah Global Exchange ke market India. 

Pada Februari 2025, Bybit resmi mendaftar ulang ke regulator lokal dan kembali beroperasi. Coinbase juga menggelar diskusi intensif dengan otoritas India demi membuka kembali layanan mereka.

Web3 VC Hashed Emergent mencatat, saat ini India menyumbang 12% dari total developer Web3 global dan 17% dari seluruh pengembang baru yang masuk ke dunia kripto pada 2024.

Tarik Investor Global, Hindari Dampak Tarif AS

Langkah Bitget dan Avalanche hadir di tengah konteks geopolitik yang strategis. India tengah mengupayakan perjanjian dagang bilateral dengan Amerika Serikat untuk menghindari tarif resiprokal yang dirancang oleh Presiden Donald Trump. 

Selain itu, India juga sedang membidik akses ke ekspor teknologi penting AS — sebuah peluang yang bisa memperkuat posisi negara ini sebagai pusat Web3 Asia Selatan.

Dengan potensi talenta yang melimpah, dukungan komunitas yang masif, dan momentum regulasi yang perlahan menghangat, India kini menjadi medan pertempuran baru bagi pemain besar kripto global yang ingin menanamkan pengaruh jangka panjang.

Bitget dan Avalanche Suntik Dana Besar ke Kripto India
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan