Jun 29, 2025

Bitcoin Terjebak di Rentang Sempit, Akankah Segera Breakout?

Default Featured Image

Harga Bitcoin masih tertahan dalam rentang yang sempit, membuat para trader semakin waspada. Akankah BTC/USD akhirnya keluar dari fase konsolidasi?

Likuiditas Meningkat, Harapan untuk “Short Squeeze” Makin Kuat

Pergerakan harga yang stagnan membuat banyak trader enggan bertaruh pada arah pasar minggu ini. Sejak mencapai rekor tertinggi terbaru pada pertengahan Januari, BTC/USD terus bergerak di tengah koridor perdagangan tiga bulan terakhir. Bitcoin juga gagal menjadikan level $100.000 sebagai dukungan yang kuat.

Seiring waktu, kekhawatiran terhadap level dasar di sekitar $90.000 semakin meningkat. Trader CrypNuevo menyatakan bahwa jika harga turun ke sekitar $91.000, kemungkinan besar bisa turun lebih dalam hingga $88.000.

> “Banyak trader mungkin telah menetapkan order beli dengan stop-loss di bawah level tersebut, sehingga ada kemungkinan terjadi pergerakan menyimpang,” tulis CrypNuevo di X pada 16 Februari.

!cab97f759dbf32bbc8dadfd3c5aba5e14e/019512ebcab97f759dbf32bbc8dadfd3c5aba5e14e.webp”>019512eb-cab9-7f75-9dbf-32bbc8dadfd3.webp

Grafik likuidasi BTC.

Sementara itu, trader lain seperti TheKingfisher dan Mikybull Crypto juga melihat kemungkinan terjadinya “short squeeze,” terutama jika harga Bitcoin turun di bawah $96.000.

Trader CJ menargetkan $102.000 sebagai batas atas dalam waktu dekat, dengan kemungkinan lonjakan singkat hingga $105.000 sebelum kembali turun ke kisaran $80.000.

Dampak Data Ekonomi AS dan Kebijakan The Fed

Minggu ini, fokus pasar juga tertuju pada data klaim pengangguran AS yang akan dirilis pada 20 Februari, serta risalah rapat The Fed yang mengisyaratkan masih tertahannya pemangkasan suku bunga. Inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan telah membuat ekspektasi pemangkasan suku bunga tahun ini berkurang.

!bearish.

Menurut analisis J.A. Maartunn dari CryptoQuant, saat aliran Bitcoin berpindah dari bursa derivatif ke bursa spot, itu menandakan awal dari periode bearish. Sejarah menunjukkan bahwa penurunan IFP sering kali mendahului pelemahan harga BTC.

Namun, beberapa data lain dari CryptoQuant masih menunjukkan optimisme. Permintaan terhadap Bitcoin tetap tinggi, yang terlihat dari rasio arus masuk dan keluar bursa berdasarkan rata-rata pergerakan 30 hari (DMA).

Meskipun harga Bitcoin bergerak di kisaran $90.000 – $105.000 selama sebulan terakhir, ada indikasi kuat bahwa investor masih terus mengakumulasi BTC. Jika pola ini berlanjut, harga Bitcoin bisa mengalami kenaikan dalam jangka pendek.

Bitcoin Dekati Fase “Euforia”

Dalam siklus harga Bitcoin, salah satu indikator utama yang sering digunakan untuk mendeteksi puncak pasar adalah Net Unrealized Profit/Loss (NUPL) untuk investor jangka panjang (LTH).

Saat ini, NUPL telah berada di zona “euforia” selama lebih dari sebulan. Jika mengikuti pola siklus sebelumnya, periode euforia ini bisa berlangsung ratusan hari sebelum akhirnya harga mencapai puncaknya.

!



Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan