Jun 29, 2025

Bitcoin Semakin Dipandang sebagai Aset Berisiko, Bukan Penyimpan Nilai

Default Featured Image

Perilaku pasar Bitcoin (BTC) terus berkembang, dengan tren terbaru menunjukkan bahwa aset ini lebih diperlakukan sebagai aset berisiko (risk-on asset) daripada penyimpan nilai tradisional, menurut laporan terbaru dari Bitfinex.

Selama lebih dari 75 hari, harga Bitcoin berada dalam kisaran konsolidasi antara $91.000 dan $102.000, mencerminkan volatilitas yang menurun dan stabilitas pasar yang meningkat.

Laporan tersebut menyoroti bahwa korelasi Bitcoin dengan pasar saham semakin kuat, sementara hubungannya dengan emas melemah. Hal ini menunjukkan bahwa peran Bitcoin lebih condong sebagai aset berisiko daripada alat lindung nilai jangka panjang.

Selain itu, Bitfinex mencatat bahwa Bitcoin masih sangat sensitif terhadap perkembangan makro ekonomi dan bereaksi tajam terhadap peristiwa geopolitik, termasuk kebijakan tarif baru yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap Meksiko, Kanada, dan China.

Bitcoin Sebagai Aset Berisiko

Meskipun sering disebut sebagai “emas digital,” pergerakan harga Bitcoin tidak mencerminkan reli emas baru-baru ini. Korelasinya dengan indeks S&P 500 semakin menguat, sementara hubungannya dengan emas semakin melemah.

Bitcoin belum mengalami aliran dana institusional jangka panjang seperti yang mendorong kenaikan harga emas. Bank sentral, dana kekayaan negara, dan investor institusional telah meningkatkan kepemilikan emas secara signifikan di tengah ketidakpastian ekonomi. Sebaliknya, permintaan Bitcoin masih didorong oleh spekulasi.

Meskipun perdagangan ETF Bitcoin telah meningkatkan adopsi secara lebih luas, instrumen investasi ini tetap sangat fluktuatif.

Laporan Bitfinex mencatat bahwa ETF Bitcoin secara kolektif mengelola aset senilai lebih dari $116 miliar, setara dengan 6,08% dari total pasokan Bitcoin. Namun, aliran dana di ETF Bitcoin masih tidak konsisten, dengan arus keluar besar sebesar $234,4 juta dan $140,2 juta pada hari-hari tertentu minggu lalu.

Sebaliknya, emas mendapatkan dukungan dari pembelian struktural, karena investor mencari lindung nilai terhadap inflasi, ketidakstabilan ekonomi, dan kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Kebijakan perdagangan agresif dari pemerintahan Trump dan ekspansi fiskal yang sedang berlangsung semakin mendorong alokasi institusional ke emas, memperkuat perannya sebagai aset defensif. Sementara itu, Bitcoin masih dianggap sebagai aset dengan volatilitas tinggi.

Selain itu, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah AS menurun, premi risiko meningkat akibat perang dagang dan ketidakpastian politik di AS, yang menyebabkan volatilitas pasar saham. Pergerakan harga Bitcoin mencerminkan tren ini, semakin menegaskan statusnya sebagai aset berisiko daripada penyimpan nilai yang stabil.

Bitcoin Semakin Matang sebagai Aset Investasi

Meskipun demikian, Bitfinex mengakui bahwa minat institusional terhadap Bitcoin terus meningkat, dengan sekitar $196 miliar Bitcoin yang kini dimiliki oleh ETF, negara, serta perusahaan publik dan swasta.

Hal ini menunjukkan bahwa peran Bitcoin sebagai lindung nilai jangka panjang terhadap inflasi dan devaluasi mata uang masih terus berkembang.

Selain itu, laporan tersebut mencatat bahwa volatilitas tahunan Bitcoin yang terealisasi telah mencapai level terendah sepanjang masa di 46%, menandakan peningkatan kematangan pasar.

Meskipun faktor makroekonomi masih dapat memengaruhi Bitcoin dalam jangka pendek, tesis investasinya tetap kuat. Kenaikan harga emas, meningkatnya minat institusional, dan penurunan volatilitas dapat mendukung peralihan Bitcoin menjadi aset keuangan yang lebih mapan di masa depan.

Bitcoin Semakin Dipandang sebagai Aset Berisiko, Bukan Penyimpan Nilai
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan