Jun 30, 2025

Bitcoin Naik 33% Setahun Setelah Halving, Siklus Pasar Dipercepat Institusi

Default Featured Image

Tepat setahun setelah peristiwa halving Bitcoin 2024, para pemegang BTC punya alasan kuat untuk tersenyum. Di tengah bayang-bayang perang dagang global, ketegangan tarif antara AS dan China, serta ketidakpastian moneter, Bitcoin tetap melesat naik 33% sebuah pencapaian yang bukan hanya mencerminkan ketahanan aset digital ini, tapi juga kemungkinan munculnya siklus pasar baru yang lebih cepat dan likuid.

Pertanyaannya kini bukan lagi “berapa harga tertinggi Bitcoin berikutnya?”, tetapi “seberapa cepat kita akan sampai ke sana?”

Halving 2024 Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Pada April 2024, jaringan Bitcoin mengalami halving keempat dalam sejarahnya mengurangi hadiah blok dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Mekanisme ini adalah bagian dari kebijakan moneter Bitcoin yang tertanam langsung dalam protokolnya: menciptakan kelangkaan terprogram (programmed scarcity), mirip seperti cadangan emas yang terbatas.

Tradisionalnya, halving memicu reli harga dalam jangka 12 hingga 18 bulan ke depan. Tapi tahun ini, pergerakan pasar tampak berbeda: lebih cepat, lebih tajam, lebih matang.

Menurut data Cointelegraph Markets Pro, harga Bitcoin mencapai ATH baru di atas $109.000 hanya dalam 273 hari setelah halving. Sebagai perbandingan:

* Halving 2020: butuh 546 hari untuk capai ATH
 
* Halving 2016: butuh 518 hari
 
* Halving 2012: butuh lebih dari 370 hari
 

Siklus empat tahunan Bitcoin yang biasanya jadi acuan investor mungkin kini tak lagi berlaku secara klasik.

Masuknya Institusi Game Changer Siklus Pasar

Menurut analis pasar Enmanuel Cardozo dari platform tokenisasi aset Brickken, masuknya institusi seperti Strategy dan Tether bisa mempercepat durasi siklus harga Bitcoin yang dulu ditentukan oleh ritme halving.

“Kita mungkin akan lihat siklus puncak terjadi lebih awal, mungkin bahkan sebelum pertengahan 2026,” katanya.
 “Karena sekarang pasar lebih likuid, dengan partisipasi institusi dan produk derivatif seperti ETF Bitcoin.”

Pernyataan ini didukung oleh data aktivitas ETF BTC yang terus meningkat sejak produk ini disetujui SEC pada awal 2024. Produk seperti BlackRock iShares Bitcoin Trust (IBIT) dan Fidelity Wise Origin BTC Fund (FBTC) telah mengakumulasi lebih dari $15 miliar aset hanya dalam beberapa bulan.

Ketegangan Global Tidak Menghentikan Bitcoin

Yang lebih mengejutkan lagi, reli ini terjadi di tengah badai geopolitik. Tarik-ulur perang tarif antara AS dan China kembali memanas, mengancam rantai pasok global dan memperburuk sentimen pasar saham.

Namun alih-alih terseret turun, Bitcoin justru semakin diminati sebagai aset lindung nilai (hedging asset).

Jika dulu Bitcoin dianggap spekulatif, kini ia mulai disandingkan dengan emas sebagai “aset keras digital” (digital hard money), terutama di kalangan institusi manajemen kekayaan dan dana pensiun.

Tapi Arah Masih Tergantung The Fed

Meskipun semua indikator menunjukkan kekuatan, kebijakan moneter AS tetap jadi variabel utama. Jika Federal Reserve benar-benar menurunkan suku bunga pada Mei atau Juni, itu akan menyuntikkan likuiditas baru ke pasar dan bisa menjadi katalis tambahan bagi Bitcoin.

Namun jika Fed mempertahankan sikap hawkish, tekanan jual bisa terjadi, meski sifat deflasi Bitcoin tetap menjadi penopang jangka panjang.

Siklus Bitcoin 2024 Mungkin Bukan Sekadar Ulangan Masa Lalu

Perayaan 1 tahun halving kali ini mengirimkan sinyal tegas: Bitcoin tidak lagi mengikuti pola lama secara mutlak. Partisipasi institusi, produk ETF, kondisi makro, dan sentimen global kini jadi variabel utama yang membentuk siklus pasar berikutnya.

Dan jika tren saat ini berlanjut, kita bisa saja melihat Bitcoin menembus $120.000 bahkan sebelum Q4 2025.

Bitcoin Naik 33% Setahun Setelah Halving, Siklus Pasar Dipercepat Institusi
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan