Jun 30, 2025

Bitcoin Dominasi Pasar Lagi, Taker Buy Ratio Isyaratkan Tren Bullish

Default Featured Image

Di tengah atmosfer pasar kripto yang dibalut rasa takut dan kebosanan, sebuah sinyal menarik muncul dari jantung bursa terbesar dunia: Binance. Taker Buy/Sell Ratio untuk Bitcoin indikator yang mencerminkan kekuatan beli vs jual baru saja kembali ke zona netral, membuka potensi pergeseran sentimen dari bearish ke bullish.

Apakah ini titik balik menuju reli baru? Atau hanya fatamorgana singkat di tengah konsolidasi yang membosankan?

Rasio Buy/Sell Sinyal Mikro, Dampak Makro?

Menurut data dari CryptoQuant, rasio taker buy/sell Bitcoin di Binance kini berada di 1.008. Meskipun angka ini tampak biasa-biasa saja, konteksnya yang luar biasa membuatnya penting. Sebuah rasio di atas 1 berarti pembeli lebih dominan dibanding penjual dan dalam dunia kripto, itu hampir selalu berarti sentimen mulai berbalik arah.

“Momentum bullish mulai bangkit kembali,” ujar analis DarkFost dalam catatannya pada 15 April. Ia menyebut bahwa selama beberapa hari terakhir, rasio ini bahkan sempat berada di atas 1.1, ketika harga Bitcoin melampaui $86.000.

Pergerakan rasio ini terjadi di saat pasar masih belum sepenuhnya pulih dari tekanan mingguan. Pada saat berita ini ditulis, harga Bitcoin berada di $83.810, turun sekitar 1,47% dalam tujuh hari terakhir.

Namun, penurunan ini bisa menipu, karena struktur pasar menunjukkan tekanan jual yang mungkin hanya bersifat sementara.

Sebagai contoh, data dari CoinGlass menunjukkan bahwa jika Bitcoin menembus kembali ke atas $85.000, maka akan ada potensi likuidasi short positions senilai $637 juta. Ini bisa memicu apa yang disebut sebagai short squeeze, di mana para penjual terpaksa membeli kembali Bitcoin untuk menutup posisi rugi mereka dan ini dapat mempercepat kenaikan harga.

Dominasi Bitcoin vs Altcoin Masih “Bitcoin Season”

Satu hal yang semakin memperkuat narasi pro-Bitcoin adalah kenyataan bahwa investor institusional dan ritel tetap menunjukkan preferensi kuat terhadap aset ini dibanding altcoin. Beberapa data pendukung:

* Altcoin Season Index dari CoinMarketCap: 15/100, menandakan bahwa kita masih jauh dari musim altcoin.
 
* Bitcoin Dominance Chart dari TradingView: 63,81%, naik hampir 10% sejak awal tahun.

Secara historis, ketika dominasi Bitcoin meningkat, itu menunjukkan bahwa pasar sedang mencari “safe haven” di tengah ketidakpastian—dan altcoin kehilangan daya tarik sebagai instrumen spekulatif jangka pendek.

Tapi Mengapa Pasar Masih Takut?

Meskipun beberapa indikator teknikal mulai menyala hijau, sentimen pasar secara umum masih dibalut ketakutan. Crypto Fear & Greed Index saat ini berada di level 29 kategori “Fear” yang mencerminkan kecemasan mendalam di antara investor.

Ada juga faktor eksternal yang bermain. Menurut CEO AnchorWatch, Rob Hamilton, stagnasi harga Bitcoin belakangan ini bisa jadi efek dari pertarungan antara:

* Mereka yang menjual Bitcoin untuk bayar pajak (karena tenggat IRS di AS jatuh pada 15 April).
 
* Dan mereka yang menggunakan refund pajaknya untuk membeli Bitcoin.

Sebuah tug of war yang menarik dan menunjukkan bahwa fundamental makro juga ikut bermain.

Apakah Ini Permulaan Menuju ATH Baru?

Tak sedikit analis yang mulai bersuara lebih optimistis. Salah satunya Jamie Coutts dari Real Vision, yang pada akhir Maret mengatakan bahwa pasar “mungkin meremehkan seberapa cepat Bitcoin bisa melonjak.” Ia memperkirakan kemungkinan tercapainya all-time high baru sebelum kuartal kedua berakhir.

Namun demikian, volatilitas tetap tinggi. Beberapa indikator on-chain menyebutkan bahwa apparent demand permintaan nyata masih bergerak menyamping. Ini biasanya terjadi setelah Bitcoin menyentuh “local bottom”, lalu memasuki fase konsolidasi sebelum melanjutkan tren.

Antara Kebosanan dan Peluang

Bitcoin mungkin memang sedang “membosankan” seperti yang dikatakan analis DeFiDaniel, tetapi seringkali, fase bosan inilah yang menjadi titik akumulasi diam-diam oleh investor besar. Dengan Taker Buy/Sell Ratio yang kembali ke netral dan tekanan likuidasi short yang menggantung di atas $85.000, lanskap pasar menyimpan potensi letupan yang bisa datang kapan saja.

Pertanyaannya kini bukan lagi ‘apakah Bitcoin akan bergerak,’ tapi ‘ke arah mana dan seberapa cepat?’

Bitcoin Dominasi Pasar Lagi, Taker Buy Ratio Isyaratkan Tren Bullish
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan