Jun 30, 2025

Bitcoin ETF Masih Dibatasi, Tapi $1,5 Triliun Siap Masuk Jika Aturan Longgar

Default Featured Image

Bayangkan harga Bitcoin tembus $10 juta, dan baru pada titik itu penasihat keuangan Anda berkata, “Sekarang saatnya beli.” Itu bukan mimpi, tapi pernyataan penuh keyakinan dari Michael Saylor Chairman Eksekutif MicroStrategy dan figur kultus dalam dunia kripto yang menilai bahwa institusi keuangan tradisional terlalu lambat dalam merespons revolusi keuangan terbesar abad ini.

Dalam unggahan terbarunya di platform X (sebelumnya Twitter), Saylor menyampaikan komentar tajam menyusul laporan Tephra Digital soal masih tertahannya akses ke Bitcoin ETF oleh perusahaan-perusahaan pengelola aset besar di Amerika Serikat. Ia menulis:

“By the time your financial adviser says it’s OK to buy bitcoin, it’ll cost $1 million. When they say it’s a good idea, it’ll be $10 million.”

Triliunan Dolar Masih Terkunci di Balik Jeruji “Akses Terbatas”

Laporan tersebut menunjukkan lebih dari $50 triliun dana kelolaan masih tersekat oleh kebijakan internal perusahaan-perusahaan manajemen kekayaan yang enggan atau membatasi akses terhadap ETF berbasis Bitcoin.

Padahal ETF itu sendiri setelah disetujui SEC awal tahun ini merupakan gerbang resmi dan sah bagi investor institusional dan ritel untuk masuk ke dunia Bitcoin tanpa perlu repot dengan dompet kripto atau kunci privat.

Menurut data Tephra, hanya sekitar 38% dari total dana tersebut yang berada di bawah institusi dengan akses tidak terbatas ke Bitcoin ETF. Artinya, lebih dari $31 triliun berada dalam ekosistem yang masih bersikap “wait and see”.

Vanguard, Citi, dan Edward Jones termasuk dalam kubu yang menutup total akses; sementara nama besar seperti Schwab, Fidelity, dan Wells Fargo tergolong sebagai pemain progresif yang membuka akses luas.

Potensi Kapitalisasi: $312 Miliar hingga $1,56 Triliun Bisa Masuk Pasar

Tephra Digital memproyeksikan bahwa jika hanya 5% dari dana yang saat ini dilarang atau dibatasi dialokasikan ke Bitcoin ETF, akan ada aliran dana sebesar $1,56 triliun ke pasar kripto.

Bahkan dengan asumsi konservatif hanya 1% dialokasikan kita masih berbicara soal $312 miliar yang bisa mengubah struktur pasar secara radikal.

Ini bukan sekadar angka. Masuknya dana sebesar itu akan mendorong kapitalisasi pasar Bitcoin ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan pada akhirnya, mendekatkan narasi “Bitcoin sebagai penyimpan nilai global” menjadi kenyataan, bukan lagi sekadar mimpi Satoshi Nakamoto.

Para Penasihat Masih Sibuk Mengutak-atik Risiko

Lalu mengapa semua ini belum terjadi? Jawabannya adalah status quo. Banyak penasihat keuangan dan manajer aset masih terjebak pada argumen klasik: volatilitas tinggi, risiko regulasi, dan kekhawatiran reputasi.

Namun, ironisnya, justru lembaga-lembaga ini yang memiliki posisi terbaik untuk menstabilkan pasar jika mereka benar-benar ikut bermain.

Ini bukan pertama kalinya institusi besar terlambat. Dulu saat Amazon pertama kali IPO, banyak yang menganggapnya saham “gimmick dotcom”. Begitu pula dengan Tesla saat masih membakar kas dan belum untung. Kini keduanya jadi anggota elite klub triliunan dolar.

Bitcoin, tampaknya, menunggu giliran dengan atau tanpa restu dari penasihat keuangan konvensional.

Refleksi Saylor dan Pesan untuk Investor Awal

Michael Saylor bukan hanya penganut Bitcoin; ia adalah pembeli agresif yang menjadikan MicroStrategy sebagai “ETF Bitcoin tidak resmi” bahkan sebelum produk resmi hadir. Dengan lebih dari 214.000 BTC di bawah kepemilikannya, nilai strategis pernyataannya tak bisa dianggap remeh.

Komentarnya mencerminkan sebuah sindiran terhadap lambannya sistem keuangan tradisional dalam menangkap perubahan paradigma. Ia juga menyiratkan bahwa keunggulan terbesar Bitcoin bukan hanya teknologinya, tetapi momentum adopsi global yang belum dimulai secara penuh di tingkat institusional.

Antara Realita dan Ramalan

Ramalan Bitcoin $10 juta memang terdengar bombastis. Tapi di dunia di mana uang fiat terus dicetak, utang negara terus menumpuk, dan permintaan terhadap aset lindung nilai tumbuh, kemungkinan itu semakin rasional dari hari ke hari.

Pertanyaannya: apakah Anda akan menunggu restu penasihat keuangan, atau mengambil posisi lebih awal sebelum mereka sadar?

Bitcoin ETF Masih Dibatasi, Tapi $1,5 Triliun Siap Masuk Jika Aturan Longgar
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan