Jun 29, 2025

Bitcoin di Level Kritis: Lonjakan Harga Dibutuhkan di Tengah Gejolak Pasar

Default Featured Image

Harga Bitcoin (BTC) terus berjuang di bawah level $95,000 pada 11 Januari 2025, setelah volatilitas tajam mengguncang pasar akibat reaksi “overreaksi bearish” terhadap data pekerjaan AS. 

Dalam satu sesi perdagangan di Wall Street, BTC/USD sempat turun mendekati $92,000 sebelum memantul kembali $2,000 dalam waktu satu jam, menciptakan level tertinggi lokal baru. Namun, konsolidasi berikutnya membawa Bitcoin kembali ke rentang harga jangka pendek yang sudah dikenal.

### Sinyal Mixed dari Data Pekerjaan AS

Data pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan mendorong pasar untuk menghapus ekspektasi pemangkasan suku bunga tambahan oleh Federal Reserve tahun ini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing ditutup turun sekitar 1,5% pada 10 Januari, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap prospek kenaikan suku bunga yang berlanjut.

Menurut Charles Edwards, pendiri Capriole Investments, reaksi pasar adalah respons jangka pendek terhadap data pekerjaan yang bullish. 

“Data pekerjaan ini adalah yang terbaik dalam enam bulan terakhir dan mengindikasikan bahwa tren pasar bullish bisa bertahan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya,” ujarnya.

!2025011421054418b78d7c9b/Screenshot2025011421054418b78d7c9b.png”>Screenshot 2025-01-14 210544.png

Dukungan teknis untuk total kapitalisasi pasar kripto, berdasarkan indeks RSI mingguan, juga berada di zona kritis, menambah tekanan pada pasar.

### Optimisme di Tengah Ketidakpastian

Meskipun kondisi pasar saat ini penuh dengan ketidakpastian, beberapa analis melihat potensi lonjakan harga dalam 10-15 hari mendatang. Michaël van de Poppe, seorang analis kripto, mencatat bahwa “pasar cenderung mulai bergerak naik, baik untuk Bitcoin maupun altcoin, setelah respons awal terhadap data pekerjaan AS tertangkap.”

Sentimen bullish jangka pendek ini juga didukung oleh data CME Group, yang menunjukkan probabilitas kecil untuk pemotongan suku bunga pada pertemuan The Fed mendatang. Namun, para pelaku pasar tetap waspada terhadap lonjakan imbal hasil obligasi yang dapat membatasi penguatan aset berisiko.

Bitcoin di Level Kritis: Lonjakan Harga Dibutuhkan di Tengah Gejolak Pasar
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan