Jun 29, 2025

Bitcoin Derivatif Masih Menguasai Pasar! Apa yang Bisa Memicu Lonjakan Baru?

Default Featured Image

Seiring dengan harga Bitcoin (BTC) yang berfluktuasi antara $94.000 hingga $100.000 di awal 2025, keseimbangan antara perdagangan spot dan derivatif terus berkembang. Meskipun derivatif masih mendominasi transaksi Bitcoin, dengan volume harian mendekati 1 juta BTC, lonjakan ekstrem seperti yang terjadi pada tahun 2024 mulai mereda.

Para trader tetap aktif dalam perdagangan spekulatif, menggunakan futures dan opsi untuk menghadapi kondisi pasar yang lebih stabil. Namun, dengan aktivitas yang lebih terukur dibandingkan tahun lalu, muncul pertanyaan sebenarnya apa yang dapat memicu kembalinya dominasi derivatif seperti puncak euforia 2024?

### Bitcoin Stabil, Trader Beralih ke Derivatif untuk Spekulasi

Sejak awal 2025, Bitcoin belum mengalami pergerakan eksplosif seperti di akhir 2024 ketika harga melesat dari $70.000 ke lebih dari $100.000 dalam waktu singkat. Saat ini, volatilitas lebih terkendali, dengan harga bertahan di kisaran $94.000 – $100.000 pada Januari dan Februari.

Kondisi ini membuat banyak trader lebih memilih derivatif seperti futures dan opsi untuk mengambil keuntungan dari fluktuasi jangka pendek, dibandingkan membeli Bitcoin secara langsung di pasar spot.

Data juga menunjukkan bahwa aktivitas derivatif kini lebih stabil, tidak lagi mengalami lonjakan ekstrem yang sebelumnya bisa mencapai lebih dari 2 juta BTC dalam kontrak berjangka pada pertengahan 2024.

Bahkan ketika Bitcoin sempat turun cepat dari $105.000 ke $95.000, volume derivatif tetap lebih terukur dibandingkan dengan lonjakan spekulatif di tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa meskipun minat spekulasi tetap tinggi, trader mulai lebih berhati-hati, kemungkinan karena harga BTC yang sudah cukup tinggi setelah reli panjang di akhir 2024.

### Volume Spot Bitcoin Masih Menunjukkan Aktivitas Signifikan

Meskipun masih kalah dari derivatif, volume perdagangan spot BTC tetap mengalami lonjakan signifikan pada momen-momen tertentu.

Setiap kali terjadi penurunan harga mendadak atau reli singkat, volume spot sering kali melonjak ke kisaran 100.000 hingga 500.000 BTC dalam sehari.

Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak trader masih tertarik untuk memiliki Bitcoin secara langsung, terutama ketika melihat peluang untuk membeli di harga rendah atau menjual saat terjadi lonjakan tiba-tiba.

Namun, karena harga Bitcoin saat ini masih berada dekat level tertinggi historis, beberapa investor tampaknya lebih berhati-hati untuk melakukan pembelian besar di pasar spot, dan lebih memilih untuk memanfaatkan pergerakan harga kecil melalui margin trading atau futures.

Tren yang terjadi di awal 2025 mencerminkan pasar Bitcoin yang lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak trader kini lebih memilih mengekspresikan pandangan jangka pendek mereka melalui opsi dan futures, yang membutuhkan modal lebih sedikit dibandingkan pembelian langsung di pasar spot.

Rasio perdagangan spot terhadap derivatif lebih seimbang dibandingkan periode puncak spekulasi di 2024, menunjukkan bahwa ekses perdagangan leverage mulai mereda.

Namun, ini tidak berarti minat terhadap derivatif menurun secara permanen. Jika ada pemicu kuat yang muncul, seperti persetujuan regulasi baru, lonjakan permintaan institusional, atau peristiwa makroekonomi, volume derivatif dapat kembali melesat jauh melebihi pasar spot.

Tahun lalu, derivatif sempat mendominasi pasar Bitcoin dengan selisih yang sangat besar, terutama saat harga melonjak dari $70.000 ke lebih dari $100.000. Data ini mengingatkan kita bahwa jika ada katalis kuat, dominasi derivatif bisa kembali meningkat tajam.

Namun untuk saat ini, gambaran awal 2025 menunjukkan pasar yang lebih stabil, dengan trading yang masih didominasi leverage tetapi dalam volume yang lebih moderat dibandingkan puncak tahun sebelumnya.

Bitcoin Derivatif Masih Menguasai Pasar! Apa yang Bisa Memicu Lonjakan Baru?
by Mohammad Alparidzy


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan