Jun 29, 2025

Bitcoin Butuh Katalis Baru untuk Kembali Menguat

Default Featured Image

Geoffrey Kendrick, kepala penelitian aset digital di Standard Chartered, berpendapat bahwa pergerakan harga Bitcoin (BTC) baru-baru ini menunjukkan bahwa aset kripto ini mungkin memerlukan akumulasi oleh negara atau kejelasan geopolitik yang lebih baik untuk bisa naik lebih tinggi di tengah sentimen pasar yang cenderung menghindari risiko.

Dalam catatan riset yang dibagikan ke CryptoSlate pada 11 Maret, Kendrick menyoroti bahwa penurunan harga Bitcoin minggu ini telah membawa level perdagangan mendekati kisaran yang tercatat pada 6 November 2024, sehari setelah pemilihan presiden AS.

BTC sempat menyentuh level terendah dalam empat bulan di $76.500 pada 10 Maret sebelum mencoba pulih di atas $80.000, sementara volatilitas tersirat 30 harinya bertahan di sekitar 55%.

Bitcoin Bergerak Sejalan dengan Saham Teknologi

Kendrick mencatat bahwa Bitcoin telah bergerak sejalan dengan saham-saham teknologi utama AS, yang juga mengalami tekanan akibat meningkatnya kekhawatiran makroekonomi.

Ia membandingkan kinerja Bitcoin dengan saham “Magnificent 7,” yaitu Apple, Microsoft, Nvidia, Alphabet, Meta, Tesla, dan Amazon, yang juga mengalami aksi jual di tengah ketidakpastian pasar.

Sejak pemerintahan AS saat ini mulai berjalan, Bitcoin cenderung mengikuti pergerakan saham-saham ini dengan penyesuaian volatilitas, memperkuat argumen bahwa sentimen aset berisiko secara keseluruhan menjadi faktor utama dalam pergerakan harga.

Menurut Kendrick, saham Tesla, Meta, dan Apple adalah yang paling mendekati Bitcoin dalam hal performa yang telah disesuaikan dengan volatilitas. Data ini menunjukkan bahwa pergerakan harga Bitcoin lebih mencerminkan sentimen penghindaran risiko secara luas daripada tantangan spesifik terhadap aset itu sendiri.

Faktor-Faktor yang Dapat Mendorong Pemulihan Bitcoin

Ia juga mencatat bahwa dalam jangka pendek, Bitcoin masih menghadapi risiko penurunan lebih lanjut akibat ketidakpastian makro dan membutuhkan katalis besar untuk kembali melanjutkan tren naiknya.

Ia menulis:

“Pertanyaannya sekarang adalah, mana yang akan terjadi lebih dulu: pemulihan aset berisiko atau berita positif spesifik untuk Bitcoin, seperti pembelian oleh pemerintah AS atau negara lain?”

Prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve tetap menjadi faktor kunci. Jika pergeseran kebijakan terjadi lebih cepat dari yang diantisipasi, misalnya dalam pertemuan The Fed pada Mei, hal ini bisa menstabilkan pasar aset berisiko. 

Saat ini, ekspektasi pasar untuk pemangkasan suku bunga pada Mei telah meningkat dari 50% menjadi 75%, yang berarti ada peluang lebih besar bagi kebijakan ini untuk berubah dan berpotensi menguntungkan Bitcoin.

Dalam waktu dekat, Kendrick mengatakan bahwa Bitcoin bisa saja turun di bawah kisaran harga 6 November, menunjukkan potensi pelemahan lebih lanjut. Namun, ia tetap optimis dalam jangka panjang, mempertahankan target harga $200.000 pada 2025 dan $250.000 pada 2026.

Menurutnya, volatilitas terbaru justru memperkuat alasan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga di masa mendatang, yang bisa menjadi dorongan bagi Bitcoin.

Kendrick menyarankan investor untuk tetap fleksibel dan menegaskan kembali pandangannya bahwa meskipun ada gejolak dalam jangka pendek, tren jangka panjang Bitcoin tetap positif.

Bitcoin Butuh Katalis Baru untuk Kembali Menguat
by Rian Jakawardana


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan