Jun 30, 2025

Axiym dan Avalanche Buka Jalan Baru untuk Remitansi Global Berbasis Blockchain

Default Featured Image

Di tengah ketidakpastian global seputar efisiensi dan biaya transaksi lintas negara, satu nama baru mencuat dengan pendekatan inovatif: Axiym, platform pembayaran berbasis blockchain yang kini resmi mengandalkan jaringan Avalanche.

Dengan markas di Dubai, Uni Emirat Arab, Axiym mengumumkan telah memproses lebih dari $132 juta volume transaksi kumulatif melalui Avalanche, memanfaatkan keunggulan kecepatan dan biaya rendah dari teknologi blockchain ini untuk melayani pasar jasa keuangan yang semakin berkembang.

Namun, Axiym tidak serta merta memindahkan seluruh operasional kliennya ke blockchain. Sebaliknya, mereka dengan cerdas mengintegrasikan teknologi Avalanche ke belakang layar, memastikan klien seperti perusahaan pengiriman uang, platform fintech, hingga penyedia penukaran mata uang tetap menggunakan sistem pembayaran tradisional mereka dengan performa baru yang jauh lebih cepat dan murah.

“Kami membangun aplikasi yang memberikan kredit ke MSB global menggunakan stablecoin untuk mempercepat pembayaran lintas negara,” ujar Morgan Krupetsky, Kepala Institusi dan Pasar Modal di Ava Labs.

Stablecoin Peluru Rahasia dalam Revolusi Pembayaran

Yang menjadi tulang punggung inovasi Axiym adalah stablecoin, yakni aset kripto yang nilainya dipatok pada mata uang fiat seperti dolar AS. Transaksi stablecoin di blockchain Avalanche memungkinkan penyedia jasa keuangan menikmati likuiditas real-time sesuatu yang sebelumnya mahal dan lamban lewat sistem lama seperti SWIFT.

Langkah ini menjadi jawaban atas tantangan lama dalam pengiriman uang internasional: biaya tinggi, waktu tunggu panjang, serta kerumitan regulasi antar negara.

Menurut laporan Chainalysis 2024, remitan berbasis stablecoin di Afrika Sub-Sahara kini 60% lebih murah dibanding metode fiat tradisional statistik yang tidak bisa diabaikan oleh industri remitan global.

Tak heran, perusahaan besar seperti Ripple juga mempercepat ekspansi mereka ke sektor ini, bermitra dengan Chipper Cash untuk memperluas layanan remitansi berbasis kripto di Afrika. Bahkan, Tether turut mendukung startup pembayaran lintas negara seperti Mansa, menandai meningkatnya minat modal ventura di sektor ini.

Tantangan dan Masa Depan Pembayaran Berbasis Blockchain

Namun, perjalanan menuju adopsi massal tidak sepenuhnya mulus. Fragmentasi regulasi global masih menjadi batu sandungan besar. Setiap negara memiliki standar berbeda dalam mengatur stablecoin dan infrastruktur blockchain, memperlambat adopsi luas.

CEO Axiym, Khibar Rassul, menegaskan:

“Kami fokus menanamkan kemampuan blockchain langsung ke dalam operasi pembayaran yang ada, bukan menggantikannya. Ini cara paling realistis untuk mempercepat transisi tanpa memicu konflik regulasi.”

Dengan klien utama di pusat keuangan seperti UAE, Inggris, dan Singapura, serta target pasar remitansi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, Axiym membangun ekosistem di mana teknologi blockchain tidak lagi menjadi pesaing sistem keuangan lama, melainkan pendukung senyap yang mempercepat transformasi.

Akankah Stablecoin Menjadi Standar Baru?

Melihat perkembangan ini, sulit mengabaikan bahwa stablecoin berbasis blockchain semakin mengancam dominasi metode pembayaran konvensional. Jika platform seperti Axiym berhasil dalam pendekatan mereka, masa depan remitansi mungkin akan didominasi oleh transaksi berbasis stablecoin cepat, murah, dan hampir tanpa batas.

Bagi sektor jasa keuangan, inilah panggilan untuk beradaptasi atau tertinggal.

“Teknologi baru tidak menghancurkan industri lama. Yang menghancurkan adalah kegagalan industri lama untuk beradaptasi.”
 — Analogi klasik, kini berlaku untuk dunia pembayaran global.

Axiym dan Avalanche Buka Jalan Baru untuk Remitansi Global Berbasis Blockchain
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan