“Uptober” Dimulai Positif: Bitcoin Menanjak, Shutdown AS dan Regulasi Global Jadi Sorotan
Bulan Oktober kembali membawa angin segar bagi pasar kripto. Harga Bitcoin (BTC) melesat ke atas $124.000 di awal bulan, sekaligus menandai awal “Uptober” — istilah populer di kalangan investor yang merujuk pada tren kenaikan harga Bitcoin setiap Oktober. Lonjakan ini terjadi meskipun Amerika Serikat tengah menghadapi penutupan pemerintahan (shutdown) yang membuat sejumlah pengajuan ETF altcoin tertunda.
Shutdown AS Tak Hentikan Laju Bitcoin
Krisis politik di Washington yang menyebabkan aktivitas pemerintah terhenti justru tidak menggoyahkan pasar kripto. Bitcoin berhasil melampaui $120.000, sementara indeks saham AS hanya bergerak tipis. Investor melihat situasi ini sebagai peluang karena volatilitas cenderung meningkat di tengah ketidakpastian ekonomi.
Penutupan pemerintah juga berdampak pada tertundanya rilis data ketenagakerjaan AS yang biasanya menjadi indikator penting bagi kebijakan suku bunga The Federal Reserve menjelang rapat FOMC pada akhir Oktober. Selain itu, keterlambatan juga diperkirakan memengaruhi proses persetujuan ETF berbasis kripto seperti Litecoin (LTC), Solana (SOL), dan XRP, yang seharusnya mendapat keputusan bulan ini.
Brasil dan Laos Saling Rebut Penambang Kripto
Sementara Amerika Serikat masih berkutat dengan isu regulasi, Brasil justru membuka pintu bagi industri penambangan Bitcoin. Negara tersebut melihat penambang sebagai solusi untuk mengatasi kelebihan pasokan listrik yang mencapai 70% di beberapa wilayah.
Pendekatan ini mirip dengan Laos, yang juga menawarkan energi terbarukan dari bendungan untuk menarik penambang. Langkah kedua negara ini kontras dengan kebijakan Tiongkok dan Thailand, yang sebelumnya melarang atau menindak tegas aktivitas penambangan kripto.
Namun, tidak semua wilayah bersikap ramah. Di New York, senator Liz Krueger mengajukan rancangan pajak baru bagi penambang kripto yang masih bergantung pada energi fosil, dengan tarif hingga $0,05 per kilowatt-hour.
Eropa dan Kasus Besar di Inggris
Di Eropa, regulator semakin ketat terhadap stablecoin swasta. European Systemic Risk Board (ESRB)merekomendasikan pembatasan penerbitan stablecoin lintas negara di luar Uni Eropa. Kebijakan ini membuat USDT dari Tether mulai ditinggalkan beberapa bursa, memberi ruang bagi USDC dan inisiatif stablecoin euro dari sembilan bank besar, termasuk ING dan UniCredit.
Di sisi lain, Inggris diguncang kasus pencucian uang terbesar dalam sejarah kripto, setelah dua warga Tiongkok mengaku bersalah atas pencucian 61.000 BTC senilai lebih dari $7,2 miliar. Kasus ini kini menjadi perdebatan hukum besar terkait bagaimana pengembalian dana kepada korban akan dilakukan.