Saham Advanced Micro Devices Inc. (NASDAQ: AMD) mengalami koreksi tajam lebih dari 6% pada perdagangan Rabu pagi waktu AS, setelah laporan keuangan kuartal kedua (Q2) 2025 menunjukkan kinerja mengecewakan di segmen Data Center yang seharusnya menjadi bintang pertumbuhan AMD di era kecerdasan buatan (AI).
Padahal secara keseluruhan, pendapatan AMD mencapai $7,6 miliar mengalahkan ekspektasi analis yang memperkirakan $7,4 miliar. Namun, hasil itu tak mampu menenangkan pasar karena laba per saham (EPS) yang disesuaikan hanya mencapai $0,48, sedikit di bawah konsensus Wall Street sebesar $0,49.
Segmen Data Center: Potensi Besar, Tapi Belum Maksimal
Pusat perhatian investor kali ini adalah unit Data Center AMD, yang hanya mencatatkan pendapatan $3,2 miliar sesuai ekspektasi, tapi tidak ada kejutan positif. Ini mengecewakan mengingat sektor ini merupakan medan tempur utama dalam pertarungan dominasi AI antara AMD dan rival utamanya, NVIDIA (NVDA).
Pasar memiliki ekspektasi tinggi terhadap pertumbuhan eksplosif di segmen ini, terutama dengan booming adopsi model bahasa besar (large language models) dan kebutuhan infrastruktur AI yang meningkat pesat. Sayangnya, AMD tampaknya masih tertinggal satu langkah di belakang.
Dampak Larangan Ekspor Chip ke China: $800 Juta yang Hilang
Faktor lain yang menghantam kinerja AMD adalah larangan ekspor chip AI ke China di era administrasi Trump. AMD melaporkan bahwa larangan tersebut menciptakan lubang sebesar $800 juta dalam potensi pendapatan Q2, dan menyebabkan kerugian operasional sebesar $155 juta.
Namun ada kabar baik: larangan tersebut dibatalkan bulan lalu, membuka kembali pasar China yang sangat penting untuk ekspansi AI. Dengan pelonggaran ini, AMD dan perusahaan semikonduktor lainnya seperti Nvidia diperkirakan dapat mulai menutup kerugian di kuartal-kuartal berikutnya.
Peluncuran MI350: Taring AI Baru AMD
Meski hasil Q2 tidak menggembirakan, AMD masih menyimpan peluru tajam: peluncuran MI350 Series, lini chip AI generasi terbaru yang diklaim mampu bersaing langsung dengan seri Blackwell milik Nvidia.
Chip MI350 ini (termasuk varian MI350X dan MI355X) disebut-sebut menghadirkan peningkatan performa AI hingga 4x lipat dan kemampuan inferensi 35x lebih tinggi dibanding pendahulunya.
Ini adalah sinyal kuat bahwa AMD tidak berniat sekadar menjadi pelengkap dalam revolusi AI, melainkan pemain utama yang agresif.
Sisi Cerah dari Bisnis Klien: Melebihi Ekspektasi
Sementara segmen Data Center melempem, divisi Client AMD yang mencakup penjualan CPU untuk laptop dan desktop justru bersinar. Pendapatannya mencapai $3,6 miliar, jauh melampaui estimasi analis sebesar $2,5 miliar.
Lonjakan ini menunjukkan bahwa AMD masih menjadi pilihan kuat di pasar PC, yang mengalami pemulihan bertahap setelah sempat terpuruk akibat pandemi dan pelemahan permintaan konsumen.
Pandangan Ke Depan: Kuartal Tiga Penuh Harapan?
Meskipun investor sempat panik, AMD memberikan panduan kuartal ketiga (Q3) yang cukup optimistis: proyeksi pendapatan antara $8,4 miliar hingga $9 miliar, di atas ekspektasi pasar sebesar $8,3 miliar.
Ini bisa menjadi titik balik, terutama bila penjualan MI350 berjalan lancar dan pasar China kembali terbuka secara penuh.
Investor Butuh Bukti, Bukan Janji
Cerita AMD kali ini adalah kombinasi klasik antara potensi dan ekspektasi. Di atas kertas, perusahaan memiliki semua elemen untuk menjadi pesaing sejati Nvidia di medan perang AI.
Tapi untuk saat ini, pasar masih menunggu pembuktian nyata bukan sekadar roadmap atau rilis produk.
Dengan persaingan yang makin sengit di sektor semikonduktor dan AI, AMD berada di persimpangan kritis. Kesalahan strategi atau keterlambatan inovasi bisa berarti kehilangan pangsa pasar yang mahal.
Namun sebaliknya, eksekusi yang tepat bisa menjadikan AMD salah satu pemimpin era komputasi masa depan.