Pasar modal Hong Kong dikejutkan oleh lonjakan spektakuler saham Alibaba Group Holding Ltd. (BABA, 9988.HK). Nilai kapitalisasi raksasa e-commerce itu meningkat lebih dari $50 miliar hanya dalam satu hari perdagangan, setelah perusahaan melaporkan kinerja mengesankan dari lini bisnis kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan.
AI Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Alibaba
Alibaba mencatat lonjakan tiga digit dalam pendapatan produk berbasis AI serta kenaikan 26% penjualan divisi cloud, jauh melampaui ekspektasi analis. Angka tersebut menjadi bukti bahwa strategi diversifikasi Alibaba menuju teknologi generasi berikutnya mulai membuahkan hasil nyata.
“Alibaba kini bukan hanya soal e-commerce, tapi sedang memantapkan diri sebagai salah satu pilar utama AI di China,” ujar Charu Chanana, Chief Investment Strategist Saxo Markets.
Ia menambahkan bahwa meski sektor ritel online masih terjebak dalam perang harga yang merusak margin, AI justru menghadirkan peluang pertumbuhan berkelanjutan.
Saham Alibaba Meledak, Efek Domino ke Raksasa Teknologi Lain
Saham Alibaba di Bursa Hong Kong melonjak lebih dari 19%, kenaikan intraday terbesar sejak November 2022. Aksi beli masif ini mencatatkan volume perdagangan tertinggi dalam sejarah perusahaan.
Efek positif Alibaba juga merembet ke sektor teknologi China:
- Baidu (BIDU, 9888.HK), pengembang model Ernie AI, naik hingga 5,8%.
- Tencent Holdings (0700.HK, TCEHY) ikut menguat meski persaingan semakin ketat.
Kebangkitan ini kontras dengan nasib JD.com (JD, 9618.HK) dan Meituan (3690.HK) yang justru terpukul. JD melaporkan laba kuartalan terpangkas separuh, sementara Meituan memperingatkan potensi kerugian besar. Minggu lalu, keduanya bersama Alibaba kehilangan gabungan nilai pasar senilai $27 miliar akibat perang harga.
Strategi: Dari Taobao ke AGI
Alibaba mencoba menyeimbangkan dua front:
- Bisnis e-commerce lewat Taobao yang tetap jadi tulang punggung. Investasi agresif di layanan quick commerce (belanja instan dan food delivery) berhasil meningkatkan jumlah pengguna aktif sebesar 20% dalam empat bulan.
- Ambisi AI yang lebih besar. CEO Eddie Wu menegaskan sejak Februari bahwa target utama perusahaan adalah mengembangkan Artificial General Intelligence (AGI) bukan sekadar mengikuti tren chatbot, tapi menyiapkan fondasi teknologi masa depan.
Baru pekan lalu, Alibaba merilis pembaruan model video open-source, memperlihatkan konsistensi dalam memperluas lini riset AI dari agentic services hingga chatbot.
Pertarungan Ketat dengan Rival AI di China
Alibaba menghadapi tekanan besar dari Baidu dan Tencent, yang masing-masing terus mempercepat peluncuran model AI baru. Fenomena ini menggambarkan perlombaan AI di China yang semakin intens, mirip dengan rivalitas OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic di Amerika.
Menurut catatan Morgan Stanley, Alibaba memiliki “China’s best AI enabler thesis”. Artinya, dengan kekuatan cloud computing dan portofolio internasional (Lazada, AliExpress), Alibaba berada di posisi ideal untuk mengubah inovasi AI menjadi model bisnis berkelanjutan.
Implikasi Global: Dari Bursa Hingga Geopolitik
Ledakan nilai Alibaba menunjukkan bahwa AI bukan sekadar hype, tapi benar-benar menjadi mesin pertumbuhan bagi perusahaan teknologi besar. Di tengah ketegangan geopolitik AS–China dan regulasi ketat, keberhasilan ini memperlihatkan sisi lain: perusahaan China bisa membangun momentum dengan mengandalkan inovasi domestik.
Namun, ada pertanyaan besar yang tersisa:
- Bisakah Alibaba mempertahankan momentum AI di tengah persaingan sengit?
- Apakah fokus pada quick commerce akan menggerus margin, atau justru menciptakan ekosistem baru yang lebih kuat?
- Bagaimana reaksi investor global terhadap kebangkitan AI di Asia?
Kenaikan kapitalisasi pasar Alibaba sebesar $50 miliar bukan hanya berita korporasi, melainkan cerminan pergeseran besar dalam peta teknologi dunia. AI kini terbukti bukan sekadar proyek riset atau eksperimental, melainkan instrumen yang mampu mengangkat valuasi perusahaan ke level baru.
Seiring AI dan cloud menjadi inti strategi bisnisnya, Alibaba tampaknya siap meninggalkan citra lama sebagai sekadar raksasa e-commerce. Pertanyaan yang menggantung: apakah ini awal dari era dominasi AI ala Alibaba di kancah global?