Lonjakan AI Jadi Pendorong Utama Pasar
Pasar saham negara berkembang (emerging markets) kembali bergairah setelah pekan lalu sempat tertekan akibat aksi jual di sektor teknologi global. Kali ini, sentimen positif datang dari Alibaba Group Holding Ltd., raksasa e-commerce asal Tiongkok yang berhasil melaporkan lonjakan pendapatan dari produk berbasis kecerdasan buatan (AI).
Pada penutupan perdagangan Senin (2/9), MSCI Emerging Markets Index naik 0,6%, menandai performa terbaik dalam sepekan. Di Hong Kong, saham Alibaba mencatat lonjakan spektakuler 19%, kenaikan harian tertinggi dalam tiga tahun terakhir.
Pendorongnya jelas: pertumbuhan tiga digit dari lini produk AI dan kenaikan 26% pada divisi cloud yang melebihi ekspektasi pasar.
Katalis ini menjadi titik balik penting setelah pasar Asia sempat terpuruk mengikuti koreksi tajam saham teknologi di Wall Street pekan sebelumnya.
Mata Uang dan Gejolak Politik di Asia Tenggara
Di sisi mata uang, pergerakan relatif tenang karena libur Labor Day di AS membatasi volume transaksi global. Namun, menariknya, rupiah justru menguat terhadap dolar AS. Hal ini tidak lepas dari intervensi Bank Indonesia yang turun tangan meredam gejolak pasca-kerusuhan politik akhir pekan lalu.
Meski analis menilai gejolak politik di Indonesia bersifat jangka pendek, pelaku pasar tetap melakukan aksi lindung nilai (hedging) dan mengurangi eksposur. Saham-saham di Bursa Efek Indonesia sempat tertekan, memperlihatkan sensitivitas investor terhadap faktor non-ekonomi.
Di Thailand, investor masih menunggu arah kebijakan pasca putusan Mahkamah Konstitusi yang mencabut jabatan Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra pada Jumat lalu.
Ketidakpastian politik di Asia Tenggara membuat banyak manajer aset global lebih berhati-hati menata portofolio mereka.
Eropa Menguat, Tarik Ulur Tarif AS Jadi Sorotan
Dari benua lain, Polandia melaporkan pertumbuhan PDB kuartal II yang ditopang oleh permintaan domestik. Data ini mendorong penguatan zloty terhadap euro dan dolar, sejalan dengan tren positif sejumlah mata uang Eropa Tengah.
Sementara itu, investor global juga mencermati perkembangan terbaru dari Amerika Serikat. Pengadilan banding federal memutuskan sebagian besar tarif global era Donald Trump ilegal, meski untuk sementara kebijakan tersebut tetap berlaku hingga kasus rampung.
Keputusan ini bisa berdampak besar pada arus perdagangan internasional, terutama bagi negara berkembang yang selama ini terkena dampak tarif.
Apa Selanjutnya? Fokus ke Federal Reserve
Kini, fokus pelaku pasar beralih ke serangkaian data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, termasuk indikator tenaga kerja dan inflasi. Data tersebut diyakini akan memberi petunjuk arah kebijakan Federal Reserve terkait suku bunga.
Jika The Fed memberi sinyal pelonggaran, emerging markets bisa menikmati aliran modal masuk yang lebih deras. Sebaliknya, jika inflasi masih panas dan suku bunga bertahan tinggi, risiko arus keluar modal (capital outflow) tetap menghantui pasar negara berkembang.
AI Jadi Senjata Baru Alibaba
Lonjakan saham Alibaba tidak hanya soal kinerja satu perusahaan, melainkan cerminan tren yang lebih besar: kecerdasan buatan menjadi mesin pertumbuhan baru di Asia. Investor global kini semakin percaya bahwa transformasi digital khususnya AI dan cloud computing akan menjadi kunci pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian geopolitik dan perlambatan global.
Namun, pasar masih dibayangi risiko politik domestik di beberapa negara, kebijakan perdagangan internasional, serta arah suku bunga AS. Singkatnya, euforia AI memang nyata, tetapi investor tetap perlu waspada pada faktor eksternal yang bisa sewaktu-waktu membalikkan sentimen.