Jun 30, 2025

Aave Pecahkan Rekor TVL Tertinggi Sepanjang Masa DeFi Bangkit dari Tidur Panjang?

Default Featured Image

Dalam dunia kripto yang terus berdenyut naik-turun, satu nama kembali mencuri perhatian: Aave. Protokol peminjaman terdesentralisasi (DeFi lending) ini resmi mencetak rekor tertinggi sepanjang masa dalam kategori Total Value Locked (TVL) yakni lebih dari $40,3 miliar, menurut data dari DefiLlama.

Capaian ini tidak hanya mengangkat Aave sebagai raja baru dalam ekosistem DeFi, tetapi juga memicu perbincangan besar: apakah sektor DeFi sedang memasuki fase ekspansi baru setelah hampir dua tahun stagnasi?

Apa Itu TVL dan Kenapa Penting?

TVL mencerminkan total dana kripto yang dikunci dalam smart contract suatu protokol. Dalam kasus Aave, ini berarti ada lebih dari $40 miliar dana pengguna baik dalam bentuk Ether (ETH), stablecoin, maupun aset lain yang digunakan sebagai jaminan atau dana pinjaman.

Kenaikan ini sangat signifikan, terutama bila dibandingkan dengan kondisi pasar DeFi pada 2023–2024 yang lesu akibat tekanan regulasi dan menurunnya minat pengguna. Kini, Aave V3, versi terbaru dari protokol ini, menjadi pusat perhatian dengan dominasi hampir seluruh TVL yang tercatat.

Ether Masih Jadi Tulang Punggung

Salah satu pendorong utama rekor ini adalah kenaikan tajam harga Ether (ETH). TVL Aave dalam satuan ETH meningkat dari sekitar 6 juta ETH di awal 2025 menjadi hampir 10 juta ETH per 12 Mei.

Hal ini penting karena mengukur TVL dalam ETH membantu memisahkan antara kenaikan nilai yang disebabkan oleh harga vs. kenaikan jumlah deposit aktual.

Dalam USD, harga Ether melambung dari $1.500 ke $2.500 hanya dalam sebulan, dan sebelumnya bahkan sempat menyentuh $4.000 pasca kemenangan Donald Trump di pemilu AS sebuah sentimen politik yang entah bagaimana ikut memicu reli pasar kripto.

Bukan Hanya Harga, Tapi Juga Adopsi

DeFi analyst bernama Jonaso mencuit pada 12 Mei bahwa pencapaian ini membuktikan dominasi Aave dalam sektor peminjaman. Dan dia tidak berlebihan. Selain karena faktor harga, pengguna juga mulai kembali aktif mendepositkan aset mereka, menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap DeFi mulai pulih.

Lebih jauh lagi, kenaikan 25% dalam harga token AAVE dalam tujuh hari terakhir menunjukkan bahwa pasar menghargai pertumbuhan organik ini, bukan hanya sekadar spekulasi musiman.

Apa yang Membuat Aave Istimewa?

Aave bukan sekadar protokol pinjam-meminjam biasa. Ia telah berkembang menjadi ekosistem multichain, mendukung banyak jaringan termasuk Ethereum, Avalanche, Polygon, dan lainnya. Fitur-fitur seperti:

* Rate switching (bunga tetap vs variabel)
* Flash loan tanpa jaminan
* Governance terdesentralisasi

Membuat Aave menjadi pionir dalam inovasi finansial berbasis blockchain.

Selain itu, Aave adalah salah satu dari sedikit proyek DeFi yang berhasil mempertahankan reputasi kuat, audit keamanan berlapis, dan keterlibatan aktif dari komunitas dan developer sejak awal 2020-an.

Apakah Ini Tanda Kebangkitan DeFi Secara Keseluruhan?

Meskipun Aave bersinar, industri DeFi secara umum masih dalam fase konsolidasi. Namun, dengan TVL global kembali menyentuh angka-angka pramusim bear market, ada optimisme baru bahwa siklus pertumbuhan berikutnya telah dimulai.

Ditambah dengan meningkatnya minat institusional pada staking dan yield farming terstruktur, Aave bisa jadi hanya permulaan dari revolusi DeFi tahap kedua.

Aave Tak Sekadar Bertahan — Ia Memimpin

Di tengah volatilitas dan skeptisisme, Aave berhasil membuktikan bahwa DeFi belum mati. Sebaliknya, ia tumbuh, beradaptasi, dan kini melonjak ke rekor baru.

Dengan pengguna kembali mengunci dana mereka dan harga ETH yang menunjukkan momentum kuat, Aave mengirim pesan tegas ke dunia kripto:

DeFi tidak pergi ke mana-mana. Ia hanya sedang menyiapkan fase berikutnya.

Aave Pecahkan Rekor TVL Tertinggi Sepanjang Masa DeFi Bangkit dari Tidur Panjang?
by Kiki A. Ramadhan


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan