Jun 29, 2025

81 Hari Bitcoin Berada dalam Fase Konsolidasi, Trader Nantikan Kejelasan Makro

Default Featured Image

Bitcoin (BTC) tetap terkunci dalam kisaran tight trading antara $91,000 hingga $102,000 selama 81 hari terakhir, yang mencerminkan para trader menunggu sinyal ekonomi makro yang lebih jelas sebelum mengambil langkah yang menentukan, menurut Bitfinex.

Laporan Alpha terbaru, perusahaan menyoroti bahwa BTC telah menunjukkan sedikit momentum terarah meskipun ketegangan geopolitik global meningkat. Kinerja mingguannya hanya membukukan pergerakan peaktotrough sebesar 4.3% dan ditutup dengan kenaikan tipis 0.82%.

Periode stagnasi ini juga berdampak pada Altcoin, yang banyak di antaranya mengalami kesulitan di tengah ketidakpastian.

Altcoin market yang lebih luas telah berkinerja buruk secara signifikan dibandingkan Bitcoin, dengan koin-koin meme seperti PEPE mengalami kerugian yang dramatis – turun 46.4% selama sebulan terakhir.

Sementara itu, stabilitas harga Bitcoin menunjukkan bahwa modal mengalir menjauh dari Altcoin dan masuk ke dalam Kripto terkemuka, yang semakin memperkuat perannya sebagai aset digital yang dominan.

Tangki Altcoin

Kapitalisasi global Altcoin market telah turun sebesar $234 miliar hanya dalam waktu 14 hari. Terlepas dari penurunan ini, Bitcoin telah bertahan relatif stabil menandakan adanya perbedaan yang semakin besar antara Kripto unggulan dan market lainnya. 

Menurut laporan tersebut, tren ini menyoroti korelasi Bitcoin yang semakin meningkat dengan kondisi makroekonomi dan kematangannya sebagai aset risiko.

Indikator penting lainnya, Inter-Exchange Flow Pulse (IFP), berubah menjadi bearish pada 15 Februari untuk pertama kalinya sejak Juni 2024. 

Pergeseran ini menunjukkan bahwa para trader mungkin mengurangi eksposur risiko mereka, yang berpotensi menyebabkan tekanan turun lebih lanjut. 

Namun, IFP tetap berada di atas rata-rata pergerakan 90 hari, menyisakan ruang untuk potensi market rebound.

Kerugian yang Direalisasikan

Terlepas dari pergerakan harga yang tidak menentu, investor Bitcoin telah mencatat beberapa kerugian terbesar dalam siklus market bullish saat ini.

Pemegang jangka pendek sangat terpengaruh. Kelompok ini merealisasikan kerugian sebesar $520 juta, mencerminkan level yang terlihat pada kemunduran market sebelumnya.

Sementara itu, pemegang jangka panjang terus mempertahankan posisi mereka, memperkuat sentimen bahwa fase konsolidasi Bitcoin adalah koreksi alami dalam market bullish yang sedang berlangsung.

Meskipun katalis bullish, seperti investasi Abu Dhabi dalam BlackRock’s Bitcoin exchangetraded fund telah memberikan dukungan, para trader tetap waspada.

81 Hari Bitcoin Berada dalam Fase Konsolidasi, Trader Nantikan Kejelasan Makro
by Ajeng Sri


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan