Di tengah volatilitas pasar global dan hiruk pikuk investor yang terus mencari “safe haven”, saham 3M Company (NYSE:MMM) kembali mencuri perhatian. Perusahaan konglomerasi asal Amerika Serikat ini memang bukan bintang baru di bursa New York, tetapi kiprahnya dalam mempertahankan dividen, merestrukturisasi bisnis, hingga menghadapi tuntutan hukum besar, membuat MMM tetap relevan bagi investor jangka panjang.
Apakah saham ini masih layak menjadi pilihan utama bagi investor dividen? Mari kita kupas lebih dalam.
Profil Singkat 3M: Konglomerat dengan Segudang Produk
3M bukan sekadar produsen lem atau alat tulis. Perusahaan ini bergerak di tiga segmen besar:
- Safety & Industrial: meliputi alat pelindung diri hingga perekat industri.
- Transportation & Electronics: komponen otomotif dan produk elektronik presisi.
- Consumer: barang konsumsi rumah tangga dan kantor, termasuk merek-merek populer.
Langkah terbaru yang cukup strategis adalah spin-off divisi Health Care, yang diharapkan membuat perusahaan lebih fokus dan ramping dalam operasional.
Dividen: Naik, Turun, dan Naik Lagi
Bagi investor dividen, 3M punya rekam jejak yang unik. Setelah memangkas dividen hingga 50% pada 2024 langkah yang cukup langka untuk perusahaan mapan 3M kembali menaikkan dividen kuartalan sebesar 4,3% pada 2025 menjadi $0,73 per saham.
Dengan yield sekitar 1,86% (per 20 September 2025), MMM memang belum bisa bersaing dengan sektor utilitas atau energi dalam hal imbal hasil dividen. Namun, yang menarik justru adalah komitmen 3M untuk menjaga arus kas bebas dan tetap memberikan imbal hasil bagi pemegang saham di tengah tekanan eksternal.
Faktor Penopang: Inovasi, Efisiensi, dan Legal Battle
Tiga hal besar yang menentukan arah MMM ke depan:
- Inovasi Produk – 3M punya reputasi sebagai “pabrik ide”. Dari Post-it Notes hingga teknologi filtrasi udara, inovasi inilah yang menjaga relevansi mereka lintas industri.
- Efisiensi Manufaktur – restrukturisasi bisnis dan optimalisasi rantai pasok menjadi kunci agar margin tetap sehat.
- Tantangan Hukum – 3M menghadapi tuntutan besar terkait earplug militer yang cacat, yang berpotensi memengaruhi kinerja jangka pendek. Namun, langkah penyelesaian hukum menunjukkan upaya perusahaan untuk menutup “luka lama” agar bisa bergerak maju.
MMM vs Saham AI: Mana yang Lebih Menarik?
Artikel sumber menyinggung bahwa saham-saham AI (Artificial Intelligence) bisa jadi menawarkan upside yang lebih tinggi dengan risiko lebih terkendali dibanding MMM. Dan memang benar: sektor AI sedang berada di jalur pertumbuhan eksplosif, didorong tren otomasi, cloud computing, hingga kebijakan onshoring yang dipicu tarif era Trump.
Namun, perlu dicatat: AI cenderung high growth high risk, sedangkan MMM lebih condong ke stable cash flow moderate risk. Pilihan kembali kepada profil risiko investor.
Apakah MMM Masih Layak Dikoleksi?
Bagi investor yang mencari kestabilan jangka panjang dengan dividen yang relatif aman, MMM masih menarik. Meski yield tidak setinggi sektor lain, reputasi 3M sebagai perusahaan inovatif, restrukturisasi yang sedang berjalan, serta prospek pasar global membuatnya tetap relevan.
Namun, investor juga harus realistis: saham ini bukan lagi “dividend aristocrat” sekuat dulu. Keputusan untuk memangkas dividen pada 2024 jadi pengingat bahwa bahkan raksasa pun bisa goyah.
Pertanyaan kunci untuk pembaca: Apakah Anda lebih nyaman dengan imbal hasil stabil dari MMM, atau berani bertaruh pada potensi ledakan saham AI yang penuh volatilitas?