Jun 4, 2024

Nilai Transaksi Bitcoin Capai Rekor Tahunan $25 Miliar

Pada tanggal 28 Mei 2024, nilai transaksi Bitcoin mencapai puncak tahunan dengan nilai lebih dari $25 miliar, mencatat rekor tertinggi dalam satu tahun terakhir dalam istilah dolar Amerika Serikat. Nilai ini didapat dari perpindahan lebih dari 367.000 BTC di blockchain Bitcoin.

Nilai transaksi on-chain Bitcoin mengacu pada total perkiraan nilai transaksi yang terjadi di blockchain. Metrik ini sangat membantu para pedagang dalam memahami tren Bitcoin dan memutuskan posisi perdagangan yang tepat. 

Pada tanggal 28 Mei, sebanyak 367.000 BTC berpindah di blockchain Bitcoin, yang merupakan jumlah BTC terbesar yang berpindah sejak 13 Juni 2022, di mana lebih dari 519.000 BTC berpindah.

Meskipun jumlah BTC yang berpindah pada tanggal 28 Mei lebih sedikit dibandingkan dengan tanggal 13 Juni 2022, nilai transaksi dalam dolar Amerika Serikat jauh lebih tinggi karena harga BTC yang lebih tinggi. Pada tanggal tersebut, harga Bitcoin berada di sekitar $69.374, membuat total nilai transaksi sekitar $25,5 miliar.

Menariknya, meskipun nilai transaksi mencapai puncak tahunan, jumlah transaksi tetap relatif normal. Menurut tracker transaksi Bitcoin YCharts, tercatat sebanyak 596.790 transaksi Bitcoin pada tanggal 28 Mei. Jumlah ini tampak biasa saja dibandingkan dengan tanggal 26 dan 29 Mei yang masing-masing mencatat lebih dari 850.000 dan 700.000 transaksi.

Selain jumlah transaksi, volume perdagangan Bitcoin juga tidak menunjukkan sesuatu yang luar biasa. Pada tanggal 28 Mei, Blockchain.com mencatat volume transaksi Bitcoin di bursa kripto sebesar $200 juta. Meskipun volume perdagangan ini signifikan, tidak ada lonjakan yang mencolok dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Dari data ini, kita dapat melihat bahwa meskipun ada peningkatan besar dalam nilai transaksi, aktivitas umum di jaringan Bitcoin tetap stabil. Hal ini menunjukkan bahwa para investor Bitcoin mungkin lebih banyak melakukan transaksi besar dalam sekali waktu, tanpa adanya peningkatan yang signifikan dalam frekuensi transaksi.

Secara keseluruhan, lonjakan nilai transaksi ini mencerminkan tingginya minat dan aktivitas di pasar Bitcoin, sekaligus menunjukkan kekuatan pasar yang kuat meskipun dalam jumlah transaksi yang normal. Hal ini dapat menjadi indikator positif bagi investor, menandakan potensi pertumbuhan dan stabilitas dalam nilai Bitcoin di masa mendatang. 

 

Dengan meningkatnya nilai transaksi Bitcoin, ini juga menunjukkan kepercayaan yang tinggi dari komunitas kripto terhadap aset digital ini. Meskipun volatilitas harga sering menjadi tantangan, fundamental yang kuat dan peningkatan aktivitas transaksi bisa menjadi sinyal bahwa Bitcoin terus memainkan peran penting dalam ekosistem keuangan global.

Nilai Transaksi Bitcoin Capai Rekor Tahunan $25 Miliar
by Nurina Muawanah

0 comments


Artikel lainnya

Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell."Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."Tarif, Inflasi, dan Kebingungan PasarKomentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang

Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak

Bitcoin kembali membuat kejutan. Pada 1 Mei 2025, harga BTC nyaris menembus level $97.000, mendorong pasar kripto ke dalam hiruk-pikuk optimisme baru. Namun, lonjakan harga ini bukan sekadar gejolak biasa di baliknya ada gelombang besar yang tengah membentuk ulang lanskap keuangan global: masuknya raksasa Wall Street secara serius ke dunia kripto.Dua nama besar, Morgan Stanley dan Charles Schwab, resmi mengumumkan langkah konkrit mereka untuk membuka pintu trading aset kripto bagi investor ritel. Bukan lagi sekadar bicara ETF atau eksposur tidak langsung. Kali ini, mereka mengincar perdagangan spot dan itu berarti revolusi.Morgan Stanley Dari Klien Kaya ke Investor BiasaSelama ini, Morgan Stanley memang telah menyediakan eksposur Bitcoin dan Ethereum bagi klien kaya melalui ETF dan produk derivatif. Tapi yang berubah sekarang adalah skala.Lewat platform E*Trade broker ritel yang mereka akuisisi tahun 2020 Morgan Stanley sedang mengembangkan infrastruktur untuk memungkinkan trading langsung kripto seperti Bitcoin dan Ethereum. Targetnya: 2026, dan itu bisa mengubah segalanya.Untuk mendukung proyek ini, Morgan Stanley kabarnya tengah menjajaki kemitraan dengan sejumlah perusahaan kripto demi membangun "pipa teknologi" yang andal dan teregulasi. Ini bukan pekerjaan semalam, tapi sinyalnya jelas: permintaan dari basis pengguna E*Trade yang luas mendorong percepatan transformasi digital di tubuh bank investasi ini.

Wall Street Masuk Kripto: Morgan Stanley & Schwab Buka Akses Ritel, Bitcoin Melonjak
byKiki A. Ramadhan
Jun 30, 2025
0 Comments

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya

Bayangkan kembali saat Steve Jobs mengeluarkan iPhone pertama kali: satu momen yang tak hanya mengubah cara kita berkomunikasi, tapi juga cara kita hidup. Kini, pertanyaannya adalah kapan Web3 akan mengalami momen “iPhone”-nya sendiri?Momen yang mampu memindahkan teknologi ini dari ranah geek ke genggaman miliaran orang. Meski potensinya luar biasa mampu merevolusi keuangan, digital identity, hingga interaksi sosial Web3 masih terasa jauh dari mainstream. Apa yang sebenarnya menahan?Berikut ini lima tantangan terbesar yang masih harus ditaklukkan oleh Web3 sebelum ia bisa mewujudkan Apple moment-nya, dan siapa saja yang sedang mencoba membuka jalan.Kurangnya Solusi Mobile-Native Web3 Masih Terjebak di DesktopDi dunia di mana 92,1% pengguna internet mengakses lewat smartphone, Web3 justru masih terjebak dalam paradigma desktop. Dari 100 dApps teratas di DappRadar, hanya 8 yang benar-benar dirancang untuk mobile.Sebuah ironi mengingat di negara-negara seperti India, Vietnam, dan Afrika Selatan, ponsel adalah satu-satunya akses ke internet bagi sebagian besar penduduknya.Namun ada cahaya di ujung lorong. Celo, blockchain yang fokus pada strategi mobile-first, mulai menunjukkan hasil. Proyek seperti Opera MiniPay telah menjangkau lebih dari 3 juta dompet digital di Afrika, sementara Valora Wallet mencatat hampir 700.000 alamat aktif harian yang menggunakan stablecoin.Solusi ini menunjukkan

Web3 Belum Meledak? Ini Sebabnya dan Siapa yang Sedang Membuka Jalannya
byKiki A. Ramadhan