Don’t put your eggs in one basket. Kalimat ini mungkin pernah kamu dengar atau baca ketika kamu mulai mempelajari investasi. Yup, ungkapan ini merupakan pesan yang sering digaungkan oleh orang-orang yang sudah berkecimpung dalam dunia investasi; baik itu para perencana keuangan, pengelola dana, maupun investor senior. Nah, dalam lingkup investasi, ungkapan ini juga biasa dikenal dengan sebutan diversifikasi portofolio.
Seperti apa, sih, bentuk diversifikasi portofolio itu? Dan kenapa hal ini menjadi penting buat kamu yang melakukan investasi saham? Yuk, simak ulasan lengkapnya dalam artikel berikut ini!
Mengenal diversifikasi portofolio
Diversifikasi adalah strategi investasi yang digunakan untuk mengelola profil risiko investasi secara keseluruhan. Kalau menurut Forbes, konsep ini mengajarkan kamu sebagai investor untuk menempatkan uangmu di berbagai perusahaan, industri, dan kelas aset yang berbeda, alih-alih memusatkannya di satu perusahaan, industri, sektor atau kelas aset yang sama.
Jadi, diversifikasi portofolio saham itu bisa terbentuk ketika kamu punya kumpulan saham dari berbagai sektor industri di berbagai negara dengan profil risiko yang berbeda-beda. Kombinasi ini nantinya akan bekerja sama untuk mengurangi risiko kamu kehilangan modal secara permanen dan dalam waktu bersamaan (The Motley Fool). Hanya saja, nilai keuntungan yang bisa kamu peroleh dari implementasi strategi ini mungkin akan lebih rendah dibandingkan dengan strategi menempatkan semua uang kamu di satu perusahaan yang “berhasil”.
Bagaimana cara punya portofolio saham yang terdiversifikasi?
Dilansir dari laman The Motley Fool, salah satu kunci untuk punya portofolio saham yang terdiversifikasi adalah mengumpulkan berbagai macam saham yang sangat berbeda. Contohnya, kamu bisa memecah atau menyebar modal investasi kamu ke saham perusahaan teknologi, perusahaan energi, perusahaan keuangan, perusahaan komunikasi, atau beberapa sektor industri lainnya.
Selain itu, kamu juga bisa menerapkan beberapa tips untuk diversifikasi portofolio seperti berikut ini:
- Analisis risiko kualitatif sebelum berinvestasi. Supaya kamu tidak melakukan “investasi bodong” atau salah pilih emiten (perusahaan yang mengeluarkan surat berharga), kamu perlu melakukan analisis risiko kualitatif terlebih dahulu. Menurut laman Forbes, langkah ini bagus untuk menilai keberhasilan investasi kamu pada emiten atau perusahaan tersebut.
Untuk melakukan ini, kamu bisa memakai parameter kualitatif yang bisa menunjukkan angka stabilitas atau potensi positif. Adapun komponen parameter kualitatif ini mencakup model bisnis yang kuat, integritas manajemen senior, tata kelola perusahaan, nilai merek perusahaan, kepatuhan terhadap peraturan pemerintah, praktik manajemen risiko yang efektif, keandalan produk atau layanan, juga keunggulan kompetitifnya. Jika sudah melakukan analisis risiko kualitatif, kamu juga bisa mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi pasar saham agar modal investasi kamu masuk ke perusahaan yang tepat.
- Tahu kapan harus menjual atau menahan saham emiten. Tips berikutnya agar portofolio kamu bisa terdiversifikasi ialah memahami kapan waktu harus menjual ataupun menahan saham emiten yang sudah kamu miliki. Hal ini penting untuk memberi kesempatan pertumbuhan aset dalam portofolio kamu; terutama jika tujuan investasi kamu adalah jangka panjang.
Untuk itu, kamu harus mulai melatih kesabaran, menghindari reaksi spontan atas perubahan pasar, juga memikirkan sebab-akibat dalam jangka panjang ketika akan menjual ataupun menahan saham emiten dalam portofolio kamu.
- Lakukan pengalokasian aset. Diversifikasi portofolio itu bisa juga kamu capai dengan pengalokasian aset yang tepat. Artinya, kamu tidak harus “hanya” menempatkan uangmu di saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang besar. Namun, kamu juga bisa menaruh uangmu di perusahaan-perusahaan dengan kapitalisasi pasar yang kecil. Soalnya, studi terkini yang dilakukan oleh seorang manajer investasi menemukan kalau saham-saham berkapitalisasi kecil ini justru bisa mendatangkan return atau keuntungan yang sedikit lebih besar daripada saham-saham berkapitalisasi besar.
Tak cuma itu, kamu juga bisa menyebar uang kamu ke instrumen investasi lain sebagai upaya untuk diversifikasi. Beberapa contohnya adalah menempatkan uang ke obligasi atau surat utang, pasar uang, surat berharga negara (SBN), deposito, ataupun real estate.
Gimana? Tidak terlalu sulit, kan, melakukan diversifikasi portofolio saham? Nanti kalau sudah selesai belajar dan ingin menambah emiten saham untuk portofoliomu, kamu bisa pakai Nanovest aja! Soalnya, Nanovest bisa bikin kamu investasi ke pasar global.
Tertarik? Download dulu aplikasinya di Play Store atau App Store. Setelah itu, registrasikan diri kamu lalu lakukan top up saldo agar kamu bisa segera bertransaksi di pasar saham global. Yuk, tunggu apa lagi?
Referensi:
https://www.forbes.com/advisor/investing/what-is-diversification/
https://www.fool.com/investing/how-to-invest/portfolio-diversification/
0 comments