Pasar saham Amerika Serikat memasuki pekan terakhir 2025 dengan suasana yang nyaris euforia. Indeks-indeks utama Wall Street bertahan di dekat rekor tertinggi sepanjang masa, memperkuat harapan terjadinya Santa Claus rally fenomena musiman yang kerap menjadi sinyal awal tren positif di awal tahun berikutnya. Meski perdagangan Jumat ditutup sedikit melemah, S&P 500 dan Dow Jones masih bergerak di sekitar level tertinggi yang dicapai pada malam Natal, mencerminkan sentimen pasar yang tetap solid.
Dalam sepekan perdagangan yang dipersingkat libur akhir tahun, S&P 500 mencatat kenaikan sekitar 2,3%, sementara Dow Jones dan Nasdaq Composite masing-masing menguat sekitar 1,6% dan 2,5%. Kinerja ini memperpanjang deretan reli yang menutup tahun 2025, sebuah tahun yang ditandai oleh volatilitas tinggi namun berujung pada rekor demi rekor baru di pasar saham global.
Secara historis, Santa Claus rally yang mencakup lima hari perdagangan terakhir Desember dan dua hari pertama Januari sering dianggap sebagai indikator awal kekuatan pasar di tahun berikutnya. Analis teknikal LPL Financial, Adam Turnquist, menilai momentum jelang tutup tahun menunjukkan konfigurasi yang menguntungkan bagi reli lanjutan. Menurutnya, sinyal ini secara historis sering diikuti oleh kinerja positif pada Januari dan sepanjang tahun berjalan, meskipun tidak pernah menjadi jaminan mutlak.
Optimisme Wall Street semakin terlihat dari proyeksi sejumlah bank investasi besar. Dengan S&P 500 ditutup di kisaran 6.930, JPMorgan dan HSBC mematok target indeks tersebut di level 7.500 pada akhir 2026. Morgan Stanley dan Deutsche Bank bahkan lebih agresif, masing-masing menargetkan 7.800 dan 8.000. Jika tercapai, target tertinggi tersebut mencerminkan potensi kenaikan lebih dari 15% dari level saat ini, sebuah angka yang signifikan untuk indeks dengan kapitalisasi raksasa.
Reli pasar sepanjang 2025 tidak terjadi dalam ruang hampa. Tahun ini ditandai oleh kebangkitan kembali saham teknologi besar, seiring memanasnya perlombaan investasi kecerdasan buatan. Nvidia mencetak sejarah sebagai perusahaan pertama dengan kapitalisasi pasar menembus USD 5 triliun, sementara belanja modal AI melonjak di hampir seluruh sektor teknologi. Di sisi lain, aset lindung nilai seperti emas dan perak juga mencetak rekor, mencerminkan kegelisahan investor terhadap risiko makro dan geopolitik.
Namun, di balik optimisme tersebut, bayang-bayang risiko tetap mengintai. Kekhawatiran terhadap valuasi saham teknologi yang dinilai terlalu mahal belum sepenuhnya mereda. Struktur ekonomi AS juga menunjukkan pola “K-shaped”, di mana rumah tangga berpenghasilan tinggi terus mendorong konsumsi dan pertumbuhan kekayaan, sementara kelompok berpendapatan rendah tertinggal. Tekanan di sektor kredit swasta dan utang korporasi menambah daftar kekhawatiran menjelang 2026.
Faktor geopolitik turut memperumit lanskap pasar. Konflik di Ukraina, ketidakpastian pasokan energi global, ketegangan terkait kebijakan perdagangan, serta lonjakan kebutuhan listrik untuk menopang revolusi AI menjadi variabel yang sulit diprediksi. Investor juga mencermati arah kebijakan moneter Federal Reserve. Pasar saat ini memperkirakan sekitar 80% peluang The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan Januari, menegaskan pendekatan wait and see dari Ketua The Fed Jerome Powell.
Pekan ini, perhatian investor akan tertuju pada rilis data ketenagakerjaan ADP dan notulen rapat FOMC Desember. Meski volume perdagangan relatif tipis karena libur, data-data ini berpotensi membentuk narasi awal pasar menuju 2026. Sejumlah manajer aset menilai selektivitas menjadi kunci, mengingat valuasi dan kapitalisasi pasar sudah berada di level yang menuntut kehati-hatian ekstra.
Menatap 2026, suasana pasar dapat dirangkum dalam satu frasa: optimisme yang berhati-hati. Ekonomi AS menunjukkan karakter “Goldilocks” pertumbuhan di atas potensi, inflasi yang menurun namun belum sepenuhnya jinak, serta pasar tenaga kerja yang mulai melunak. Santa Claus rally mungkin menjadi pembuka yang manis, tetapi keseimbangan pasar akan diuji oleh seberapa lama euforia ini mampu bertahan di tengah realitas fundamental yang semakin kompleks.






