Dalam sebuah pernyataan yang mengguncang pasar Frankfurt, Infineon Technologies AG mencatat lonjakan saham hingga 12% kenaikan harian terbesar sejak April. Dorongannya?
Bukan mobil listrik, bukan pula industrial automation, melainkan ledakan investasi global pada data center berbasis kecerdasan buatan (AI).
Kabar ini datang di tengah kecemasan global bahwa tingginya aliran modal ke AI mulai mengarah pada pembentukan bubble baru. Namun bagi Infineon, gelombang AI justru menjadi penyelamat yang memberi harapan baru untuk 2026.
Dari Unit Bisnis Kecil Menjadi Mesin Pertumbuhan Utama
CEO Jochen Hanebeck mengungkapkan sesuatu yang beberapa tahun lalu mungkin terdengar ambisius:
“Pendapatan terkait data center AI akan lebih dari dua kali lipat pada tahun fiskal 2026.”
Jika prediksi ini akurat, kontribusi AI akan mencapai sekitar 10% dari total penjualan, naik signifikan dari level yang hampir tidak ada sebelum 2025. Bahkan tahun 2025 lalu bisnis AI Infineon melonjak tiga kali lipat sebuah indikasi bahwa akselerasi permintaan terjadi jauh lebih cepat dari perkiraan pasar.
Untuk data center AI, Infineon menargetkan penjualan power solutions sebesar €1.5 miliar, memperkuat posisinya sebagai pemasok krusial dalam ekosistem komputasi intensif energi.
Fortune tampaknya sedang memihak produsen chip Eropa ini.
Namun Di Balik Optimisme, Pasar Otomotif Tetap Jadi Beban
Perlu diingat, sekitar 50% pendapatan Infineon berasal dari sektor otomotif. Dan di sektor itu, kabarnya tidak terlalu cerah. Pasar mobil global masih sibuk menghabiskan stok chip yang menumpuk setelah pandemi, membuat permintaan baru tidak setangguh yang diharapkan.
Ditambah lagi, tensi geopolitik dan potensi tarif ekspor chip yang dipicu perang dagang Presiden AS Donald Trump membuat ketidakpastian semakin menebal.
CFO Sven Schneider bahkan menyebut kondisi ini sebagai:
“The new normal.”
Dengan kata lain, volatilitas dalam industri semikonduktor akan bertahan lebih lama dari dugaan banyak pihak.
Pendapatan Naik, Margin Menyusut
Beberapa sorotan finansial:
- Pendapatan 2025 turun 2% menjadi €14.66 miliar sesuai ekspektasi analis.
- Q4 naik 6% ke €3.94 miliar semua segmen menyumbang pertumbuhan, termasuk otomotif.
- Gross margin turun ke 38.1% akibat melemahnya mata uang dan kapasitas produksi yang tidak terpakai optimal.
- Forecast Q1 2026: €3.6 miliar, di bawah konsensus pasar €3.75 miliar.
Angka-angka ini menegaskan bahwa bisnis inti Infineon masih menghadapi tekanan struktural meskipun AI memberikan tenaga ekstra.
Investor Mulai Khawatir Bubble AI Dari SoftBank hingga Nvidia
Di saat Infineon optimistis, pasar global justru menunjukkan kecemasan. Contohnya:
- SoftBank Group menjual seluruh sahamnya di Nvidia dan sahamnya sendiri langsung turun 3.5% di Tokyo.
- Para analis mulai mempertanyakan apakah ratusan miliar dolar yang mengalir ke infrastruktur AI benar-benar menghasilkan nilai jangka panjang.
Peringatan klasik pun muncul: ketika terlalu banyak modal mengejar pertumbuhan yang sama, risiko distorsi valuasi menjadi tak terhindarkan.
Drama Eropa–Tiongkok yang Mengguncang Supply Chain Mobil
Penyitaan Nexperia oleh Belanda sempat menciptakan kepanikan kecil di industri otomotif global. Produk Nexperia adalah komponen kritis dalam rantai pasok mobil modern.
Pembatasan ekspor dari Beijing memperburuk keadaan. Meski demikian, Hanebeck menegaskan bahwa overlap antara produk Infineon dan Nexperia relatif kecil.
“Di beberapa titik, kami bisa membantu sedikit,” ungkapnya.
Namun kasus ini membuka kembali diskusi besar: apakah Eropa siap mengambil kembali kendali atas rantai pasok chip strategisnya?
Apa Artinya Untuk Investor & Pelaku Industri?
Jika dirangkum:
- AI adalah mesin pertumbuhan baru, sangat jelas.
- Otomotif masih lesu, memerlukan waktu lebih lama untuk pulih.
- Geopolitik menjadi variabel paling tidak bisa diprediksi dalam beberapa tahun ke depan.
- Valuasi perusahaan chip akan semakin sensitif terhadap berita siklus AI.
Dengan demikian, Infineon menjadi gambaran menarik mengenai transisi industri chip global menuju dunia yang semakin bergantung pada komputasi AI.
Tahun 2026 Bisa Menjadi “Make or Break”
Infineon memasuki 2026 dengan modal optimisme dari segmen AI, namun tetap dibayangi tantangan struktural di pasar otomotif dan geopolitik global. Bagi investor, berita ini ibarat dua sisi mata uang: peluang besar pertumbuhan, namun juga risiko volatilitas tinggi.
Pertanyaannya kini sederhana namun krusial: Apakah ledakan AI benar-benar berkelanjutan, atau hanya gelombang sesaat sebelum gelembung pecah?
Waktu dan kinerja 2026 akan menjadi jawabannya.



