Di tengah gelombang besar euforia kecerdasan buatan (AI), saham CoreWeave, perusahaan infrastruktur cloud yang didukung oleh Nvidia, mengalami penurunan tajam sebesar 10% pada Selasa (12/11).
Penurunan ini terjadi setelah perusahaan memangkas proyeksi pendapatan tahunannya akibat penundaan operasional pusat data (data center) sinyal pertama bahwa industri AI tidak kebal terhadap risiko teknis dan logistik.
Data Center Tersendat, Proyeksi Pendapatan Tergelincir
CoreWeave mengonfirmasi bahwa kendala ini muncul dari keterlambatan mitra utama pusat datanya. Meski demikian, pelanggan yang terdampak telah menyetujui perpanjangan kontrak, menjaga nilai total kerja sama tetap utuh.
Namun, penundaan ini cukup untuk menghapus sekitar USD 5 miliar dari kapitalisasi pasar perusahaan jika tren pelemahan saham berlanjut.
Menurut laporan LSEG, pendapatan kuartal ketiga CoreWeave sebenarnya mengungguli ekspektasi analis USD 1,36 miliar, di atas proyeksi rata-rata USD 1,29 miliar. Namun margin laba operasional yang disesuaikan turun dari 21% menjadi 16% dalam setahun, menandakan tekanan biaya yang semakin berat.
Dibayangi Infrastruktur Mahal dan Kompetisi GPU
Sebagai perusahaan yang bertransformasi dari mantan penambang Ethereum menjadi penyedia layanan cloud berbasis GPU Nvidia, CoreWeave berperan penting dalam mendukung kebutuhan komputasi raksasa teknologi seperti Meta dan OpenAI.
Namun lonjakan permintaan ini diiringi oleh kenaikan harga chip AI, inflasi biaya infrastruktur, serta kompetisi ketat memperebutkan daya komputasi.
“Kuartal ini mengungkapkan sesuatu yang selama ini ditakuti investor risiko operasional,” tulis analis dari Barclays. Mereka menekankan bahwa ini merupakan kali pertama industri infrastruktur AI muda menghadapi tantangan besar seperti ini.
“Pusat data AI berskala besar bukanlah proyek rekayasa yang mudah,” lanjutnya.
Euforia Pasar AI Mulai Retak?
Sebelum insiden ini, saham CoreWeave sempat melonjak 164% sejak IPO pada Maret 2025, mencerminkan antusiasme investor terhadap sektor AI yang sedang panas-panasnya. Namun, koreksi kali ini memunculkan refleksi baru: apakah industri AI terlalu cepat tumbuh tanpa kesiapan infrastruktur yang memadai?
Analis dari Moffett Nathanson memperingatkan bahwa situasi ini bisa menjadi “peringatan awal” bagi sektor AI yang tengah euforia. “Ketika permintaan tak lagi melonjak, model bisnis seperti ini akan menghadapi kenyataan yang lebih keras,” ujarnya.
Implikasi Lebih Luas bagi Ekosistem Nvidia dan Investor
Sebagai pemegang saham utama, Nvidia turut terdampak secara sentimen. Meskipun tidak ada sinyal langsung terhadap kinerja GPU-nya, kegagalan logistik mitra seperti CoreWeave bisa memunculkan kekhawatiran baru tentang kapasitas rantai pasok AI global.
Beberapa analis bahkan memperkirakan bahwa pasar AI bisa memasuki fase konsolidasi, di mana hanya pemain dengan efisiensi tinggi dan infrastruktur kuat yang akan bertahan. Investor kini mulai menilai ulang apakah valuasi “super-premium” pada perusahaan penyedia GPU dan cloud AI masih sepadan dengan risikonya.
Industri AI Memasuki Fase Kedewasaan
Kasus CoreWeave menjadi pelajaran penting: di balik narasi “AI akan mengubah segalanya”, terdapat batasan nyata dalam infrastruktur fisik dan manajemen risiko operasional. Industri ini kini mulai menunjukkan bahwa pertumbuhan eksponensial tidak selalu berjalan mulus dan investor perlu lebih cermat memilih mana perusahaan yang benar-benar siap menghadapi tekanan teknis dan modal.



