Saham Oracle Corporation (NYSE: ORCL) melonjak lebih dari 6% pada awal pekan ini setelah pemerintah AS resmi menunjuk raksasa perangkat lunak tersebut sebagai bagian dari konsorsium yang akan mengendalikan operasi TikTok di Amerika Serikat.
Tidak hanya itu, Oracle juga mengguncang pasar dengan pengumuman pergantian CEO, menandai transisi kepemimpinan yang bisa mengubah arah masa depan perusahaan.
Kombinasi dua berita besar ini menempatkan Oracle dalam sorotan global, dengan implikasi langsung pada bisnis cloud, hubungan geopolitik AS–China, dan strategi perusahaan menghadapi dekade berikutnya.
TikTok Deal: Oracle Jadi Pemain Sentral
Menurut pejabat senior Gedung Putih, kesepakatan baru TikTok akan menempatkan operasi AS aplikasi video pendek populer itu dalam sebuah joint venture berbasis Amerika.
Konsorsium investor yang dipimpin Oracle dan firma ekuitas Silver Lake akan memegang mayoritas saham dan kursi dewan, sementara ByteDance asal Tiongkok hanya memegang kurang dari 20% saham.
Yang paling krusial, Oracle akan berperan sebagai penyedia keamanan yang menginspeksi dan melatih ulang algoritma rekomendasi TikTok dengan data pengguna di AS.
Algoritma ini akan diawasi secara rutin oleh pejabat pemerintah AS untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keamanan nasional.
Presiden Trump dijadwalkan menandatangani perintah eksekutif minggu ini untuk mengesahkan kesepakatan tersebut, menyebutnya sebagai solusi yang “memenuhi kebutuhan keamanan nasional Amerika.”
Implikasi Bisnis: TikTok dan Oracle Cloud
Kesepakatan ini semakin memperkuat hubungan Oracle dengan TikTok. Sejak 2022, Oracle sudah menjadi mitra penyimpanan data pengguna TikTok AS melalui Oracle Cloud Infrastructure (OCI).
Menurut analis Morningstar, Luke Yang, kerja sama itu menyumbang sekitar 5% dari total pendapatan OCI pada tahun fiskal 2025.
“Menjaga TikTok sebagai pelanggan adalah nilai terbesar untuk Oracle,” jelas Yang. Dengan kata lain, keberhasilan deal ini bisa memastikan arus pendapatan jangka panjang bagi bisnis cloud Oracle, yang kini diproyeksikan mencapai $144 miliar pada 2030, sebagian berkat kontrak besar senilai $300 miliar dengan OpenAI.
Pergantian CEO: Era Baru di Oracle
Selain kabar TikTok, Oracle juga mengumumkan pergantian pucuk pimpinan. Safra Catz, CEO sejak 2014, mundur dari posisi tersebut dan kini menjabat sebagai Executive Vice Chair dewan direksi.
Dua eksekutif senior naik menggantikan Catz sebagai co-CEO:
- Clay Magouyrk, sebelumnya Presiden Oracle Cloud Infrastructure.
- Mike Sicilia, mantan Presiden Oracle Industries.
Catz menyebut transisi ini dilakukan “ketika keadaan perusahaan sedang berada di puncaknya.” Larry Ellison, Chairman Oracle, menegaskan Catz tetap akan berperan penting dalam mengarahkan pertumbuhan Oracle.
Menurut analis Joe Bonner dari Argus Research, kabar ini tidak mengejutkan. “Oracle memang sedang dalam posisi kuat, dan kedua unit bisnis yang kini dipimpin co-CEO adalah motor utama pertumbuhan perusahaan.”
Sentimen Pasar: Antara Politik dan Inovasi
Lonjakan saham Oracle mencerminkan kombinasi kepercayaan investor pada kepemimpinan baru dan optimisme terhadap deal TikTok. Namun, ada juga faktor geopolitik yang perlu dicermati:
- Hubungan dagang AS–China yang masih penuh ketegangan.
- Tantangan regulasi atas aplikasi asal Tiongkok di pasar Amerika.
- Kompetisi ketat di sektor cloud melawan AWS (Amazon Web Services) dan Microsoft Azure.
Meski demikian, posisi Oracle sebagai mitra strategis TikTok memberi perusahaan leverage unik yang jarang dimiliki pesaing.
Oracle tengah berada di persimpangan penting. Dengan deal TikTok yang memperkuat bisnis cloud sekaligus menegaskan peran geopolitik perusahaan, serta pergantian CEO yang menandai era baru kepemimpinan, saham ORCL kini tidak hanya tentang software dan cloud, melainkan juga tentang politik global, keamanan data, dan masa depan industri teknologi.
Pertanyaan besar untuk investor: Apakah lonjakan saham Oracle ini akan berlanjut, atau justru sekadar reaksi sesaat terhadap euforia berita?