Saham Oracle (NYSE: ORCL) kembali jadi sorotan setelah melesat 1,5% pada Selasa (16/9), menyusul laporan bahwa raksasa software ini bakal menjadi bagian dari kesepakatan awal antara Amerika Serikat dan China terkait TikTok.
Meski kenaikannya relatif tipis, berita ini menyulut optimisme baru di tengah tensi perdagangan global dan isu geopolitik yang membayangi pasar teknologi.
Kesepakatan ini bukan hanya tentang penyelamatan aplikasi populer, tetapi juga tentang kontrol data, pengaruh politik, dan peluang bisnis bernilai miliaran dolar. Bagi investor, Oracle bisa saja masuk ke fase pertumbuhan strategis yang lebih agresif.
Detail Kesepakatan TikTok-AS-China
Menurut laporan The Wall Street Journal, kerangka awal kesepakatan mencakup:
- Konsorsium investor, termasuk Oracle, Silver Lake, dan Andreessen Horowitz, yang akan menguasai 80% saham TikTok US.
- Oracle berperan sebagai pengelola data pengguna Amerika di server mereka di Texas, sebuah langkah lanjutan dari proyek Project Texas yang sudah berjalan sejak 2022.
- TikTok berencana memindahkan pengguna AS ke aplikasi baru yang sedang diuji, dengan data sepenuhnya berada dalam kendali infrastruktur Oracle.
Sementara itu, Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping dijadwalkan bertemu pada Jumat untuk “menyelesaikan” kesepakatan ini, yang dipandang sebagai salah satu kunci dalam agenda perdagangan kedua negara.
Relevansi Politik dan Risiko Regulasi
Kesepakatan ini datang di tengah ancaman larangan TikTok di AS jika tidak melakukan divestasi kepemilikan sebelum 16 Desember 2025. Langkah Trump dinilai sebagai kombinasi antara strategi politik, keamanan nasional, dan juga kesempatan ekonomi.
Namun, risiko masih ada. ByteDance, induk TikTok, bisa saja tetap mempertahankan sebagian kendali, yang berpotensi memicu perdebatan panjang di Kongres. Di sisi lain, persaingan dengan kandidat lain seperti Microsoft, Perplexity AI, bahkan investor independen seperti Frank McCourt Jr. menunjukkan betapa panasnya persaingan menguasai aplikasi video pendek ini.
Implikasi untuk Oracle
Oracle bukan pemain baru di ranah ini. Sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan pimpinan Larry Ellison gencar memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah AS, mulai dari penyimpanan data TikTok hingga proyek Stargate AI senilai $500 miliar yang diumumkan awal tahun bersama OpenAI dan SoftBank.
Jika kesepakatan TikTok berlanjut, Oracle tidak hanya mendapatkan kontrak penyimpanan data bernilai besar, tetapi juga legitimasi geopolitik sebagai benteng data AS. Hal ini bisa memperkuat posisinya melawan raksasa cloud lain seperti Amazon (AWS) dan Google Cloud.
Reaksi Pasar Saham
Saham Oracle sempat melonjak hingga 6% sebelum kembali terkoreksi mengikuti indeks mayor. Namun, tren jangka panjang tetap mengesankan:
- Saham ORCL naik 84% sepanjang 2025.
- Proyeksi pendapatan cloud mencapai $144 miliar pada 2030, sebagian besar dipacu kontrak dengan OpenAI senilai $300 miliar.
- Dengan tambahan momentum TikTok, Oracle bisa memperluas narasi pertumbuhan yang lebih diversifikasi dan tidak hanya bergantung pada mitra tunggal.
Apa yang Harus Diperhatikan Investor?
- Finalisasi Kesepakatan: Pertemuan Trump–Xi akan menjadi momen penting. Investor perlu mencermati apakah ByteDance benar-benar melepas kendali mayoritas.
- Regulasi & Politik AS: Potensi gugatan hukum atau tekanan dari Kongres bisa mengubah arah kesepakatan.
- Kompetisi Cloud: Jika Oracle sukses menguasai data TikTok, dampaknya bisa memperkecil gap dengan Amazon dan Google di sektor cloud.
- Diversifikasi Pendapatan: Oracle berpeluang mengurangi ketergantungan dari satu kontrak besar (OpenAI) dengan portofolio lebih luas.
Kenaikan saham Oracle pasca berita kesepakatan TikTok hanyalah permulaan. Di balik angka 1,5% ada potensi transformasi strategis yang jauh lebih besar: penguasaan data, legitimasi geopolitik, dan peluang bisnis bernilai miliaran dolar.
Investor yang jeli perlu bertanya: apakah Oracle sedang meneguhkan dirinya sebagai pemain cloud kelas dunia yang tak hanya bersaing di ranah teknologi, tapi juga di panggung politik global?